Sabtu, 20 November 2010

Menikmati hasil laut...

Saya sangat suka sekali dengan hidangan laut, maksudnya masakan dengan bahan utama ikan laut, atau yang berasal dari laut. Jadi ingat ketika membaca buku : Totto-chan, waktu dia diminta membawa bekal makan siang yang berasal dari gunung dan laut. Dari gunung maksudnya adalah sayur-mayur dan buah, sedangkan dari laut maksudnya adalah lauk berupa ikan, udang, atau kerang. Hayaaaa...tapi saya tidak akan membahas Totto-chan ya, cuma rekomendasi saja itu buku yang sangat bagus untuk dibaca. Demikian juga dengan bagian keduanya, amat sangat menyentuh.

Back to the topics : saya jatuh cinta dengan hidangan laut. Mungkin karena orangtua saya berasal dari Pekalongan, yang notabene mudah sekali mendapatkan hasil laut. Ikan, udang, cumi, atau kerang dalam keadaan segar. Atau dalam bentuk sudah diawetkan : diasinkan, diasap, atau dipindang. Semua saya suka (halaaah, emang dasar tukang makan). Dibandingkan dengan ikan air tawar, yang membuat saya menjadi lebih pemilih ketika harus mengkonsumsinya. Ikan laut yang masih segar, baru naik ke darat mempunyai rasa yang sangat manis. Dimasak apapun hasilnya enak. Yaaaah, yang sudah dalam bentuk awetan juga enak tapi ada trik tertentu untuk mengolahnya.

Pagi ini ibu saya pulang dari Pacitan, perbatasan Jawa Tengah - Timur bagian selatan. Alamaaaak jaaaan...beliau membawa buah tangan : ikan tenggiri fillet besar-besar, lalu udang rebon umur beberapa minggu, lalu udang yang baru menetas beberapa hari. Sebenernya ga tega juga untuk menyantap udangnya, baru netas bok...dia belum sempat lihat wajah ibunya, eeeeh...udah ditangkep. T____T : maaf ya udang, demi kepuasan manusia kau harus ditangkap dan tidak bisa meneruskan keturunan. Apa siiiih....
Cuma digoreng dengan telur yang dikocok, dimakan dengan nasi hangat...luar biasa.

Demikian pula dengan tenggiri filletnya. Mmmmmh...saya hanya menggorengnya dengan margarin, tanpa tambahan bumbu apapun. No salt, no garlic, no onions...tapi rasa alami dagingnya sudah membawa kelezatan sendiri. Bahkan kulit ikannya terasa enak sekali. Jadi ingin pergi ke Pacitan, menyenangkan sekali bisa makan masakan laut setiap saat. Kalau di Pekalongan memang jarang bisa mendapatkan tenggiri fillet yang tebal seperti itu, mungkin karena laut utara lebih dangkal daripada laut selatan ya.

Hmmmm...kalau di Pekalongan ada satu jenis masakan yang membuat saya klepek-klepek. Nama masakannya saya tidak tahu, bahannya dari cumi atau sotong (orang Pekalongan menyebut cumi dengan sotong)...dimasaknya berikut dengan tintanya. Jreeeeeeng...tampilannya kurang menarik pasti, wong hitam dimana-mana jeee tapi rasanya uaaaaah...bisa menghabiskan nasi 2 piring kalau makan dengan lauk itu. Tiap kali pulang ke sana saya pasti mencari itu, kalau sedang musim artinya saya beruntung, kalau tidak sedang musim ya saya gigit jari saja.

Well, walaupun saya suka dengan hidangan laut, ini tidak menjadikan saya hobi jajan ke warung-warung seafood. Keluarga saya tidak termasuk yang suka berburu makan enak sampai jauh-jauh, karenanya saya jarang makan di daerah Muara Karang sana. Hidangan laut kalau terlalu sering bisa menaikkan kolesterol juga dan tidak bagus untuk kesehatan. Caelaaaah...
Terasa lebih istimewa kalau disantap sesekali saja, apapun yang berlebihan tidak bagus bukan?

Kamis, 18 November 2010

Data kamu, masih confidential atau...?

Beberapa bulan terakhir ini saya sering menerima sms yang menawarkan KTA (kredit tanpa agunan), pinjaman bunga ringan, or whatever they call it. Sempat menerima sampai 4 sms setiap hari...saya sampai menuduh operator seluler yang saya pakai, "Jangan sebar no ponsel saya kemana-mana!!!". Lalu seorang teman mengingatkan,"Itu bukan salah operatornya kaliiii, coba lo umbar data hp lo di mana?".

Selidik punya selidik, ingat punya ingat, haaaa...saya pernah apply kartu kredit di luar bank tempat saya bekerja. Daaaang...that's it. Sudah menjadi rahasia umum bahwa data yang sudah masuk ke tangan agen marketing kartu kredit bisa dengan mudah diperjualbelikan sesama agen, demi mendapatkan nasabah yang potensial. Saya jadi ingat, beberapa kali juga pernah ditelepon agen marketing KK, the same thing : menawarkan KK bank lain. Nope, thank you...untuk saya cukup KK dari tempat saya bekerja dan C******k.

Jual beli data ini juga yang sering menimbulkan banyaknya kasus penyalahgunaan KK. Datanya sendiri saya tidak tahu pasti karena bukan bidang saya, heeeey...that's an interesting field (boleh mutasi ga ya?). Lhoooo...bukan itu ding.
Back to the topic : gini, data yang sudah jatuh ke tangan salah pasti akan disalahgunakan. Contoh : ketika apply pasti kita akan dimintakan fotokopi KTP untuk kelengkapan administrasi. Entah bagaimana caranya fotokopi KTP ini disalahguna-kan untuk membuat rekening tabungan. Jadi yang membuka rekening adalah bapak B menggunakan KTP bapak A, dan parahnya bapak B ini juga tahu kalau bapak A punya KK. Bingung? Saya juga.

Yang lebih parah lagi adalah ketika bapak B mulai mengaku-aku sebagai bapak A dengan modus mengubah no kontak (biasanya no ponsel). Kalau sudah diubah, biasanya agen penawaran produk akan menghubungi no kontak tersebut. Jadilah bapak B ini ditawari segala macam produk, salah satunya adalah pinjaman dana. Pendek kata : KK bapak A dipakai oleh bapak B. Lalu bapak A menerima tagihannya dan merasa itu bukan pemakaiannya. Jreeeeeng...start to do some investigation yang artinya adalah kerugian bank penerbit KK.

Terus terang saya jadi agak ngeri dengan penawaran-penawaran yang meminta fotokopi KTP, KK, SIM, dsb. Apalagi kalau penawarannya dengan berbagai macam embel-embel hadiah dan kemudahan. Cukup sudah fotokopi KTP dan no ponsel keluar ketika apply KK C******k. Mau ganti no ponsel ga mungkin kan? Itu nomor sudah berasa artesss, udah kemana-mana. Saya malas mengeluarkan woro-woro kalau saya ganti nomor.
Biarlah bertahan dengan sms yang menawarkan hal-hal itu. Buntutnya jadi bahan candaan dengan teman-teman kantor. Wheeeew, ditawari KTA lagi... Kenapa ga ada yang nawari : makan enak yuuuk???

Rabu, 17 November 2010

10 Dzulhijah 1431 H di 17 November 2010 M

Masih meneruskan cerita tentang hari raya Idul Adha, kali ini yang versi resmi pemerintah Indonesia. Pastinya kebanyakan umat Muslim di Indonesia melakukan sholat ied dan menyembelih qurban pada hari ini.

Hari ini status teman-teman di FB kebanyakan tentang menu kuliner yang tentu saja berhubungan dengan daging qurban. Seperti telah diketahui, yang berqurban bisa meminta sebagian kecil dari daging tersebut untuk dimasak sendiri dan sisanya untuk dibagikan kepada yang lebih membutuhkan. Jadilah menu kuliner hari ini sate, gulai, atau tongseng kambing untuk yang berqurban kambing. Atau rendang untuk yang berqurban sapi. Kebetulan saya bukan penggemar daging kambing, sate pun tidak bisa makan banyak karena sering pusing habis makan sate. Jadilah di rumah tidak bakar-bakar sate...

Saya sendiri tahun ini, alhamdulillaah masih diberikan rezeki oleh Alloh SWT untuk disisihkan dan dibelikan hewan qurban. Tahun ini saya memilih untuk berqurban di daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Menurut informasi, ada sebagian daerah yang penduduknya jarang mengkonsumsi daging. Insya Alloh, qurban saya tahun ini bisa berguna bagi yang membutuhkan. Amiiin YRA.

Berbicara tentang qurban, tadi pagi ada status teman yang sebenarnya menggelitik untuk dikomen tapi tidak saya lakukan. Begini, kalau orang kaya berqurban itu biasa, kalau orang miskin yang berqurban itu luar biasa, tapi ada ga ya?
Saya jawab di sini : ada. Saya dapat cerita dari ustad saya, ada seorang ibu yang kehidupannya bisa dikatakan miskin. Setiap tahun selalu menerima daging qurban, sampai pada suatu hari ibu ini bertekad dia tidak ingin selalu menerima daging qurban, dia ingin juga bisa berqurban dan daging qurban darinya berguna bagi orang yang lebih miskin dari dia. Dengan tekad kuat ini, si ibu menyisihkan sebagian pendapatannya setiap hari, dimasukkan ke dalam kaleng yang tidak pernah dibuka selama berbulan-bulan. Berapapun uang yang tersisa selalu dimasukkan dalam kaleng tersebut.

Seminggu menjelang Idul Adha tahun lalu, si ibu datang ke ustad saya dan berkata,"Pak Ustad, saya mau berqurban tahun ini. Ini kaleng tabungan saya, tolong dihitung apakah cukup untuk membeli seekor kambing?". Kata pak Ustad, kaleng itu berat luar biasa, karena penasaran pak Ustad bertanya,"Ini tabungan berapa tahun bu?". Si ibu menjawab,"Saya lupa ustad, ada kali 4 taon".

Akhirnya dibukalah kaleng tersebut, isinya campuran antara uang logam dan kertas yang masing-masing nilainya tidak lebih dari Rp.5000,-. Lalu pak Ustad dan si ibu menghitung uang tersebut, dan jumlahnya cukup untuk membeli 1 ekor kambing. "Alhamdulillaah, tolong belikan saya 1 ekor kambing untuk qurban, pak Ustad. Sisanya tolong dimasukkan ke kotak infaq musholla", begitu kata si ibu. Ustad saya langsung menitikkan air mata mendengar kata-kata si ibu, perjuangannya menabung untuk berqurban benar-benar luar biasa. Meskipun sehari-hari sudah berat tapi keinginan berqurban terus bergema di hati dan pikiran si ibu, sehingga terus berusaha menabung untuk berqurban. Kami yang mendengar cerita tersebut ikut menangis, ya Alloh...kami ingin mencontoh ibu ini.

Jadi semua kembali pada keikhlasan untuk berqurban. Baik kaya atau miskin, semua kembali apakah ikhlas untuk berqurban? Wallahualam...

Selasa, 16 November 2010

10 Dzulhijah 1431 H di 16 November 2010 M

Setelah gojag-gajeg ga jelas mau ikut sholat ied di tanggal berapa, akhirnya done : ikut sholat dan berhari raya pada hari ini.

Kata khatib sewaktu shoiat tadi, tidak seharusnya hari raya idul adha tahun ini pada 2 tanggal. Semuanya sudah jelas, jamaah calon haji menjalankan ibadah wukuf di padang Arofah pada tanggal 9 Dzulhijah yang jatuh di tanggal 15 November, esok harinya pasti tanggal 10 Dzulhijah. Wallahualam...mau ikut tanggal yang ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi silakan, mau ikut tanggal pemerintah Indonesia ya silakan.

Berhari raya pada hari ini artinya masih harus masuk kerja, jadilah saya sholat dengan memakai pakaian kerja, setelan rapi. Pulang sholat tidak bisa ikut makan ketupat bersama keluarga, malah langsung on the way ke kantor.
Ini belum seberapa ya, dibanding yang harus merayakan di negeri orang di mana umat Islam menjadi minoritas. Tidak ada penentuan tanggal hari raya oleh pemerintah, tidak ada hari libur pada hari raya tersebut, yang akhirnya harus izin cuti dari pekerjaan, tapi semangat untuk tetap merayakannya.

Tetap semangat juga untuk mengikuti tauladan nabi Ibrahim AS, yang dengan penuh keikhlasan menjalankan perintah Alloh SWT untuk mengurbankan putra yang disayanginya yaitu nabi Ismail AS. Mengikhlaskan sebagian pendapatan kita untuk membeli hewan qurban, menyembelihnya, dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan. Untuk pengurbanan tersebut, balasan nikmat dan barokah datangnya dari Alloh SWT semata. Amiiin YRA...

Senin, 15 November 2010

The A, B, C's of Friendship

Naaaaah...saya menemukan coretan-coretan iseng yang saya tulis ketika kuliah dulu. Melanjutkan episode mellow-isme malam lalu yang menjadikan saya termehek-mehek mengenang masa kuliah dan berlanjut dengan mengubek-ubek lemari, and found it...my diary. Jiaaaaah...
Okay...let's start with this one, when I was trying to practice my English.

A friend : ...
(A)ccepts you as you are
(B)elieves in you
(C)alls you just to say "hi"
(D)oesn't give up on you
(E)nvisions the whole of you (even the unfinished parts)
(F)orgives your mistakes
(G)ives unconditionally
(H)elps you
(I)nvites you over
(J)ust "be" with you
(K)eeps you close at heart
(L)oves you for who you are
(M)akes a difference in your life
(N)ever judges
(O)ffer support
(P)icks you up
(Q)uiets your fear
(R)aises your spirit
(S)ays nice things about you
(T)ells you the truth when you need to hear it
(U)nderstands you
(V)alues you
(W)alks beside you
(X)plains things you don't understand
(Y)ells when you won't listen and
(Z)aps you back to reality

That's an ideal friend for me. Menyenangkan sekali masih punya banyak teman untuk berbagi cerita suka dan duka. Share this with your friend and you'll never regret that you have them...




Thank you for reading :)

Minggu, 14 November 2010

Be careful of what you said...

Ada yang aneh dengan judul tersebut? Yep, biasanya orang akan bilang "be careful of what you wish for", kalau buat saya yang berlaku adalah ya kata-kata itu. Mulut-mu adalah harimau-mu, ungkapan lain yang bisa dipakai juga.

"Miss, kenapa pilih judul itu?", kata Blackie. Ada beberapa pengalaman pribadi yang memberi pelajaran dan hikmah tersendiri bagi saya, yang diakibatkan oleh mulut yang ceriwis ini. Mulut yang belum bisa mengendalikan kata-kata sehingga menyakitkan hati orang yang mendengarkan, atau bukan hanya orang yang mendengarkan. Ingatlah, segala ucapan dan doa pasti didengar oleh-Nya dan malaikat-Nya untuk dicatat.

My worst experience with my mouth terjadi di tahun ke 2 saya bekerja. Itu pertamakalinya saya mengalami clash dengan teman kantor, yang lebih senior pulak. Sebelumnya pernah juga, dengan teman seangkatan dan baru masuk, tapi belum membuat saya merasa ditegur. Ok, dengan senior ini saya merasa tertampar akibat mulut saya. Gara-gara saya komentar tentang rambutnya yang baru dicat warna merah. Weeeeew, komentar saya ketika itu,"Mbak, kok seperti habis main layangan? Kejemur panas jadi merah deh...". Reaksinya ketika saat itu hanya,"Reseh lo!". Habis itu...saya ditegur habis-habisan lewat telepon ^^. Saya minta maaf tapi saya tidak ditegur secara langsung selama berhari-hari. After that, saya tidak mau lagi berkomentar secara langsung mengenai penampilan teman-teman. Betapapun ajaibnya penampilan mereka, saya memilih diam dan tersenyum, tidak berkomentar positif atau negatif.

Pengalaman buruk dengan mulut terjadi sekitar bulan Juli lalu. Kalau yang ini mungkin tidak bisa dibilang buruk, melainkan sebuah bentuk teguran dari yang di Atas.

Hari itu hari Sabtu siang yang panas dan kering luar biasa. Saya bertiga dengan teman kantor, hendak menjenguk seorang teman yang habis melahirkan di daerah Pondok Pinang. Teman saya miss W memakai kacamata hitam supaya tidak terlalu silau. Entah kenapa, mulut saya tidak tahan dan akhirnya berkata,"Sini dek, saya gandeng". Weeew, saya menganggapnya orang buta. Miss W hanya tertawa-tawa mendengar perkataan saya.
Setelah itu, kami naik angkot menuju rumah sakit. Di dalam angkot sudah ada seorang bapak tua yang membawa tongkat, seorang anak muda, dan kami bertiga. Kami turun di depan pool taksi, rumah sakitnya ada di seberang pool tersebut. Ternyata bapak tua itu juga turun bersama kami, karena dia sudah bilang ke supirnya mau turun di depan pool taksi.

Kami baru sadar kalau bapak tua itu ternyata seorang buta. Dia minta tolong ke kami, minta dibantu naik bis yang mau ke Rempoa. Waaaah, secara kami juga buta daerah situ, kami tidak tahu bis mana yang menuju Rempoa. Tunggu punya tunggu, bisnya tidak lewat-lewat. Bapak itu mulai naik darah,"Kok lama sih mbak?". Loh, kok jadi dia yang ngomel-ngomel. Akhirnya ada 1 bis yang lewat, kami berhentikan...eeeeh, begitu tahu yang mau naik adalah seorang buta, bisnya langsung jalan lagi. Kata si bapak,"Kok ga distop bisnya mba?". Duuuuh si bapak, marah-marah mulu siy....bisnya ga mau angkut bapak nih, kata hati saya tapi saya coba tetep sabar. Pokoknya si bapak terus meracau galak.

Akhirnya karena takut waktu besuk habis, kami sepakat berjalan sebentar ke tempat orang duduk-duduk dekat situ. Saya gandeng bapak itu, sampai bertemu poskamling dan ada anak-anak muda nongkrong. Alhamdulillaah, ada bis yang berhenti dan bapak itupun naik. Setelah itu saya berpikir keras...dan baru sadar, my God inikah bentuk pemberianmu atas kata-kataku tadi yang pura-pura menganggap miss W orang buta dan menawarkan gandengan? Saya langsung minta maaf atas kata-kata saya tersebut. Wheeeew...benar-benar pengalaman yang membuat saya tertampar.

Belajar dari dua dan banyak pengalaman, saya sekarang lebih banyak diam. Saya berusaha keras mengendalikan lisan saya. Yang namanya lisan, bila sudah keluar dalam bentuk yang salah tidak akan bisa ditarik dan direvisi. Kalau tulisan, mungkin masih bisa dicari mana yang salah dan direvisi. Saya selalu berdoa, ya Tuhan bantulah saya menjaga penglihatan, pendengaran, perkataan dan perbuatan saya dari hal-hal yang buruk. I am trying to see, hear, say, and do no evil. Temans, maafkan saya jika selama berteman ada sesuatu yang menyakitkan, dalam semua bentuk di atas.

Selasa, 09 November 2010

Petukangan - Bintaro PP

Hari ini saya mau berbagi yang ringan-ringan saja. Cerita tentang perjalanan saya pergi dan pulang kantor ^^

Bulan November 2010 ini genap 5 tahun saya bergedung di daerah Bintaro sektor 7 Tangerang. Sebelumnya kantor saya bergedung di jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Harus pindah ke gedung yang lebih luas dikarenakan banyaknya manusia yang terlibat dalam bisnis ini. Halaaaah...

Bergedung di daerah Bintaro mengharuskan saya menggunakan moda transportasi angkutan kota (angkot) sebanyak 2x setiap perjalanan pulang dan pergi. Tidak ada bis yang melewati rute saya. Artinya sudah 5 tahun ini saya tidak menaiki Metro Mini di pagi hari, dan lanjut dengan bis TransJakarta Blok M - Kota. Naik MM hanya hari Sabtu or Minggu kalau ada janji dengan teman.

Saya punya kebiasaan buruk dengan moda transportasi ^^. Naik kendaraan roda empat apapun saya akan langsung tertidur. Yaaah, kecuali kalau sudah asyik dengan ponsel. Karena sering tidur inilah saya lebih suka memilih tempat duduk di pojok kendaraan, bisa di pojok belakang atau di depan dekat pak supir. Hanya suka bete kalau pak supirnya merokok, I don't wanna be a passive smoker. Kalau sudah duduk di pojok, disuruh si bapak geser ga akan pengaruh. Mau nggeser ke mana lagi...

Bicara tentang geser, suatu hari pernah dismackdown pak supir. Saya duduk di pojok dekat pintu karena sebentar lagi mau turun,lalu ada serombongan ibu-ibu mau naik...maka saya diminta bergeser. Saya bilang, "Sebentar lagi saya turun pak". Waaaw...si bapak langsung ngedumel, "Bu, kayak naik mobil pribadi aja, disuruh nggeser ga mau". Aiiiih, bukan ga mau pak, wong bentar lagi saya mau turun masak disuruh ke dalem lagi. After that, saya tidak mau lagi duduk di dekat pintu selain takut jatuh saya bete kalau ditegor lagi...

Petukangan - Bintaro saya tempuh sekitar 45 menit kalau tidak macet. Lain lagi ceritanya kalau saya terjebak macet di dekat rel Ulujami, di mana harus antri menunggu kereta api yang lewat terus. Kalau di situ sudah antri panjang, saya memilih untuk berjalan kaki sampai simpul depan antrian, keluar dari simpul antrian dan ganti angkot lain.
Terkadang saya membayangkan, kalau ke kantor naik kereta api mungkin menyenangkan rasanya. Kalau yang ini mungkin efek kebanyakan baca manga dan nonton dorama Jepang ya.

Berharap Jakarta dan kota pendukung sekitarnya punya moda transportasi yang lebih baik lagi di masa depan. Berharap perjalanan pulang pergi ke kantor bisa lebih menyenangkan walau naik kendaraan umum. Harapannya banyak ya... Saat inipun sudah cukup menyenangkan walau kadang gregetan dengan kemacetan dan cara abang angkot membawa kendaraannya. Kalau udah ugal-ugalan saya ikut deg-degan dan ga bisa tidur bang...

Minggu, 07 November 2010

Orang yang datang, orang yang pergi part 2

Kali ini saya tidak membicarakan tentang pernikahan, kelahiran, atau kematian seperti di part 1. Kali ini saya berbicara tentang orang yang datang dalam pekerjaan aka orang baru, dan orang yang pergi dalam pekerjaan aka resign.

Saya selalu merasa sedih sekaligus senang setiap kali ada teman yang berkata, "Mbak, saya mau resign". Jreeeeeng...
Sedih karena saya harus melepas teman yang sudah dididik sedemikian rupa sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan mampu menangani komplain dengan tepat.
Senang karena artinya teman ini mendapatkan pekerjaan dan tempat kerja yang minimal lebih baik dari yang sekarang. Lebih baik dalam segala hal tentunya : gaji, status kepegawaian di masa datang, lokasi, dan lainnya.

Tadi pagi saya ngobrol dengan seorang teman via FB. Kami mengobrol banyak tentang status kepegawaian. Di mana di tempat saya bekerja sekarang, status kepegawaian menjadi suatu hal yang sensitif untuk dibicarakan.
Hal inilah, salah satu yang menyebabkan tingginya turnover di tempat saya bekerja. Banyak teman yang sampai sekarang masih belum menjadi pegawai tetap, padahal sudah bertahun-tahun bekerja. Lalu beban pekerjaan, hampir sama dengan pegawai tetap tapi fasilitas yang didapatkan jauh berbeda.
Saya tidak tahu ada di tangan siapakah keputusan untuk menjadikan seorang teman itu pegawai tetap atau stay outsorce forever. Apakah direct supervisornya atau higher authority.

Ketidakjelasan tentang status inilah yang akhirnya bisa membuat teman memilih untuk hengkang ke tempat lain. Ini juga yang membuat saya sebal dengan sistem manajemen yang ada. Kenapa tidak mempertahankan yang ada, dengan melakukan pengangkatan status. Kenapa memilih melepas, belum tentu mendapatkan staf baru dengan kualitas dan keteguhan bekerja yang sama.
Itu terus berputar di kepala saya, tapi posisi saya dalam hal ini bukanlah a decision maker. Jadilah saya menerima apapun yang dia putuskan.

Menerima orang baru juga bagi saya adalah suatu hal yang berat. Saya termasuk orang yang tidak mudah beradaptasi dengan hal-hal baru. Saya bukan orang yang sabar dalam mengajarkan dan mengenalkan pekerjaan kepada teman baru. Saya akan selalu berkata bahwa saya galak dan tidak bisa menolerir kesalahan, itulah kelemahan saya.
Hanya saya berusaha menahan diri untuk tidak terlalu meledak-ledak dalam menghadapi teman baru. Geeeez, inilah yang membuat saya sedih jika ada teman yang pergi.

Saya berharap ada kejelasan untuk status teman-teman saya, terutama dalam unit kerja saya. Yang sudah lebih dari 2 tahun, saya harap ada proses pengangkatan menjadi pegawai tetap. Sehingga proses orang yang datang dan orang yang pergi tidak terlalu sering berulang.
Wish our luck for this...^^

Sabtu, 06 November 2010

crying and praying for my country

Akhir-akhir ini saya mudah sekali meneteskan airmata. Bukan karena beratnya beban hidup saya, atau pekerjaan saya, atau karena saya masih sendiri dan belum menemukan belahan jiwa (aiiiih...curcol), tapi karena bencana alam yang secara beruntun melanda negeri ini, Indonesiaku tercinta. Mulai dari banjir bandang di Wasior, Papua Barat. Lalu gempa dan tsunami di kepulauan Mentawai. Dan letusan besar gunung Merapi, DIY - Jawa Tengah.

Banyak yang beranggapan bahwa bencana alam yang melanda suatu negeri dan bangsa adalah azab Tuhan untuk mengingatkan kembali para pemimpin dan rakyat bangsa tersebut yang mungkin sudah melenceng jauh. Diingatkan kembali untuk kembali ke jalan yang lurus.
Yang membuat saya berpikir adalah sejauh mana melencengnya sehingga Tuhan harus memberikan peringatan berupa bencana alam?

Wallahu'alam untuk pertanyaan tersebut. Tuhan benar-benar Maha Kuasa. Saya belum paham benar apakah Tuhan sudah menentukan bahwa pada tanggal ini akan terjadi A, atau B. Atau Tuhan menentukan karena hal-hal yang terjadi sebelumnya. Jadi karena ada A maka akan terjadi B. Seperti itulah.

Yang saya ingat adalah bumi ini masih dinamis. Banyak pergerakan di luar atau dalam bumi yang merupakan rahasia Tuhan, hanya Tuhan yang tahu kapan rahasia itu akan terbuka dan apakah akan membawa bencana atau keuntungan.

Saya selalu menangis setiap kali membaca dan melihat berita-berita tersebut. Membayangkan bila hal tersebut menimpa saya dan keluarga saya. Membuat kembali teringat betapa banyak yang harus saya lakukan sebelum bencana yang lebih besar menjemput (maksud saya adalah kematian dan hari akhir). Yang akhirnya saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Memohon perlindunganNya dan meminta keselamatan bagi kami semua bangsa ini. Jika memang bencana ini karena kami semua sudah melenceng maka kami mohon untuk ditunjukkan kembali pada jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada mereka...QS 1 : 5 - 7.

Untuk saat ini mungkin saya hanya bisa memberi bantuan berupa doa dan sedikit donasi, belum bisa memberi bantuan langsung dan turun tangan ke daerah bencana. Saya percaya Tuhan pasti mendengar doa kami semua. Crying for a while, and praying forever...for all of us.