Selasa, 30 Oktober 2012

[RANDOM] Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang

Selamat malam temans :)

Lama nggak posting tulisan, maklum...saya ini pengacara. Pengangguran banyak acara, acara mengurus rumah maksudnya :D
Kali ini saya mau posting tulisan, yang mungkin...sedikit norak-norak bergembira. Norak karena saya baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Yep, tempat ini adalah Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Okay, biasanya saya dan suami naik pesawat dari terminal 2. Kali ini karena kami hendak berhemat, kami menggunakan maskapai Indonesia AirAsia.  Cerita terbangnya di lain posting ya ;).
Sebelumnya penerbangan AirAsia selalu menggunakan terminal 1, tapi karena terminal 1 sudah terlalu penuh dan jadwal penerbangan maskapai ini cukup banyak, maka mereka pindah ke terminal 3.

Turun dari taksi, whoaaaaaa....saya ternganga. Terminal 3 ini kereeeeen! Kayak terminal bandara di luar negeri (soktau kayak pernah ke luar negeri). Desainnya minimalis, banyak menggunakan kaca sehingga pada siang hari sinar matahari bisa langsung menerangi area terminal, hemat listrik...:D  
Ini bagian depannya. Maaf sekali lagi, gambar-gambar saya ambil dari google.co.id karena saya lupa bawa kamera (what a stupid blogger!) :p 
Seperti biasa, sebelum masuk ke area terminal...tiket calon penumpang dicek terlebih dahulu. Daaaaan...petugas-petugas di terminal 3 ini masih muda-muda! Sangat berbeda dengan para petugas di terminal 1 atau 2, yang rata-rata sudah senior dan berumur.
Gambar pemeriksaan tiket yang saya temukan, petugasnya yang senior...jadi begini gambarnya...
Tiket diperiksa, sudah oke...langsung masuk ke detektor barang pertama. Karena kami sudah melakukan check-in via web, kami tidak perlu lagi check-in di counter AirAsia. Oia, maskapai yang menggunakan terminal 3 adalah Indonesia AirAsia (internasional dan domestik), Lion Air (tujuan ke Bali), dan Mandala Airlines.

Masuk ke lobby keberangkatan, banyak kafe dan executive lounge. Perut masih kenyang dengan makanan, kami memutuskan untuk langsung masuk ruang tunggu keberangkatan domestik, padahal masih lama :D.
Whoaaaaa...saya ternganga lagiiih...

Ya ampuuuuun...luarnya udah keren, dalemnya lebih kereen lagiiih.
Ruang tunggu di terminal 3 berbeda dengan di terminal 1 atau 2. Di sini penumpang semua tujuan penerbangan menunggu di ruangan yang sama. Yang membedakan hanya ruang tunggu internasional dan domestik. Jadi mau terbang ke Semarang, Bandung, Bali...semua menunggu di satu ruangan besar. Pas mau boarding, baru diinfokan penumpang harus menuju ke gate mana. Yang suka jalan-jalan liat-liat sekeliling atau bosan duduk, bisa mengelilingi ruangan luas ini :D.
Kalau di terminal 1 atau 2 kan, ruang-ruang tunggu dipisah per tujuan keberangkatan. Misal naik Garuda, yang nunggu mau ke Jogjakarta ruang tunggunya berbeda dengan yang mau ke Surabaya.

Ah ya, mungkin karena ini adalah terminal untuk budget airline, fasilitas untuk boarding pun lebih sederhana. Tidak ada pemakaian garbarata untuk naik ke pesawat. 
Penasaran sama yang namanya garbarata? Kayak gini lhooo...
Dari ruang tunggu, penumpang langsung menuju ke pesawat tanpa harus berpanas-panas atau berhujan-hujan. Ada pendingin udara di koridornya, jadi ngga sumuk kalau harus menunggu penumpang di depan kita mencari tempat duduk dan menaruh kopernya di tempat penyimpanan. 

Di terminal 3 ini, penumpang keluar dari gate, langsung jalan kaki menuju pesawatnya :D dan naik tangga biasa. Kayak gini...
Kalau panas ya kepanasan, kalau hujan belum tau...dipinjemin payung sama pihak airline atau bandara nggak ya? Atau malah modal payung sendiri? :D 
Yang asik dari boarding model begini, kita bisa foto-foto norak sebelum naik ke pesawat, foto deket tangga..foto dengan latar belakang pesawat yang akan kita naiki..macem-macem deh. Kalau pakai garbarata, ngga bisa foto-foto. Cuma bisa foto di ruang tunggu aja :D. Namanya juga budget airline, untuk menekan harga tiket..biaya-biaya lain juga ditekan. Kalo kata suami, sewa parkir pesawat dan fasilitasnya di bandara itu tidak murah...*manggutmanggut*  

Mungkin hari itu adalah hari menganga untuk saya. Tidak henti-hentinya saya mengagumi terminal 3 ini. Pokoknya saya salut dengan arsitek yang merancang terminal ini. Pengennya semua terminal diremajakan sehingga bentuknya sama semua kayak gini yah...
Kalau melihat rencana pengembangan bandara Soekarno-Hatta, semoga semua terealisir...semoga duitnya ada...:D

Omong-omong menganga...ada satu hal lagi yang bikin menganga. Kali ini kami berdua menganga bodoh. Biasa menggunakan maskapai lain, di mana harga tiket sudah termasuk bagasi, kami memilih memasukkan koper ke bagasi. Kali ini dengan AirAsia, bagasi tidak termasuk harga tiket, jadi harus membayar lagi untuk bagasi. Koper dengan ukuran sedang dan 1 buah tas tangan/laptop boleh masuk kabin. Ternyataaaa, saya lupa mengeluarkan gunting dari koper ini. Pas lewat detektor kedua, yang sepertinya lebih akurat...si gunting kliatan deh sama pak petugas ganteng. Akhirnya disita...:D
Ya Tuhaaaaan...kami berdua bertatapan dan merasa bodoh sekali, tapi sehabis itu ya cengar-cengir lagi.
Ya sudahlah, lain kali harus lebih berhati-hati kalau mau bawa koper masuk kabin. 

So, hari itu jelas adalah hari saya ternganga dan terus ternganga. Moga-moga terminal 3 ini selalu dipelihara oleh kita semua, pengguna terminal keren ini. Sayang kalau terminal bagus, tapi tidak kita pelihara. 

That's my story about terminal 3 Soetta.

Thank you for reading :)      
  

 
 

Senin, 08 Oktober 2012

[REVIEW] The Body Shop Cocoa Butter Body Butter

Selamat siang temans :)

Sudah lama saya tidak posting review produk yang saya gunakan sehari-hari. So, kali ini saya akan mereview produk pelembab kulit dari The Body Shop (pasti sudah tahu merk ini ya...) yaitu Cocoa Butter Body Butter. Seperti biasa, tidak ada paksaan dari pihak produsen dalam penulisan review ini. Juga tidak memaksa pembaca untuk ikut menggunakan produk ini. Kalaupun pembaca tertarik menggunakan dan ternyata menghasilkan efek yang berbeda, itu wajar...karena pasti ada perbedaan kondisi kulit.

Produk ini sudah lama saya gunakan, dan sebenarnya dari dulu sudah pengen nulis reviewnya tapi keduluan posting-posting yang lain yang sudah berkecamuk di otak saya :D
Akhirnya sampai isinya habis dan saya sudah ganti produk lain, baru bikin reviewnya...

Well, shall we begin the review...

Cocoa Butter Body Butter ini adalah salah satu seri perawatan kulit dari The Body Shop. Produk lainnya ada hand & body lotion, lipcare stick, dan moisturising stick. Saya menggunakan body butter-nya saja, dikarenakan kondisi kulit badan saya yang super kering, dan menggunakan pelembab adalah WAJIB.

Seperti apa penampakannya? Seperti ini niiih...
Kemasannya besaaar...isinya juga lumayan banyak siih :D, yaitu 200 ml. Hihihi...yang saya suka dari kemasan ini adalah setelah isinya habis, saya bisa pakai tempatnya untuk simpan barang-barang kecil.

Bagian belakang toples, penampakannya seperti ini :
Label di bagian belakang tersebut bisa dibuka, dan ada informasi mengenai bahan-bahannya. 
Kayak gini niiih :
Bahan-bahannya sih kebanyakan bahan kimia organik ya. Sedikit kurang paham :D tapi pihak The Body Shop lewat websitenya menyatakan tidak ada bahan kimia berbahaya dalam produk ini.

Sesuai namanya yaitu Cocoa Butter Body Butter, produk ini mengandung cocoa butter (mentega dari kakao) yang bekerja menyerap ke kulit pada suhu ruangan sehingga bisa melembabkan kulit dan membuatnya terasa halus dan lembut. Selain cocoa butter, produk ini juga mengandung shea butter (mentega dari pohon shea) yang membantu cocoa butter dalam melembabkan dan melembutkan kulit.

Untuk foto isi produk...dengan sangat menyesal, tidak ada fotonya T_T. Isinya sudah habis, dan tidak sempat ambil fotonya...
Body butter mirip dengan body lotion tapi lebih kental, hampir mirip dengan margarin Blue Band :D
Karena lebih kental dan lebih banyak mengandung mentega, dengan sedikit saja produk dioleskan di kulit, sudah membuat kulit menjadi lembab. 

Kekurangan penggunaan body butter adalah seringkali terasa lengket di kulit :( terutama di kulit tangan dan telapak kaki, sehingga ada rasa tidak nyaman sehabis menggunakannya walaupun setelah beberapa saat rasa lengket itu hilang. Penggunaan di telapak kaki, hmmmm...habis pakai jangan jalan-jalan telanjang kaki yaaah :D. Meninggalkan jejak minyak di lantai keramik, saya suka kesal sendiri...baru dipel sudah ada jejak minyak, padahal itu jejak saya sendiri :D.

Body butter lebih enak dipakai pada saat mau tidur malam, posisi badan dan kaki sudah di atas tempat tidur. Lebih mengoptimalkan kerja produk di malam hari...:). Sehabis mandi juga bisa dipakai, tapi saya akhirnya lebih suka pakai body lotion sehabis mandi karena lebih terasa ringan dan segar. 

Produk ini bisa didapatkan di outlet-outlet The Body Shop yang ada di mall-mall. Juga bisa dibeli secara online di websitenya The Body Shop, please click here :)

Harga produk ini terakhir adalah IDR169,000. Cukup mahal yah, tapi untuk kemasan 200 ml dan bisa dipakai selama +/- 2 bulan, jatuhnya lumayan juga. Apalagi kalau The Body Shop lagi diskonan, bisa hemat 50% karena biasanya beli 1 gratis 1 :D

Nilai positif dari produk ini :
  • Efektif banget buat yang punya masalah kulit kering seperti saya :)
  • Harum coklatnya menyenangkan, berasa pengen gigit kulit sendiri.
  • Mudah cara memperolehnya, bisa pas jalan-jalan ke mall, atau beli online biar ga repot ke luar rumah.
Nilai negatif dari produk ini :
  • Agak mahal. IDR169,000...setelah saya resign, saya cukup ketat dengan anggaran kecantikan. Selama ada produk yang fungsinya sama dengan harga lebih murah, kenapa tidak?
  • Sehabis dipakai agak terasa lengket dan meninggalkan jejak minyak di lantai.
  • Kemasan cukup besar sehingga tidak praktis kalau mau dibawa pergi-pergi.
Keseluruhan : 8/10

Membeli lagi? Sepertinya tidak :D

Okaaaay...itu review saya untuk The Body Shop Cocoa Butter Body Butter :)

Thank you for reading :)


Minggu, 07 Oktober 2012

[MAKAN-MAKAN] Bakmi Jawa Pejompongan

Selamat pagi temans :)

Di hari Minggu yang indah ini, sembari nunggu cucian diprogram di mesin cuci...izinkan saya menulis tentang tempat makan yang saya kunjungi. Sengaja saya buat kategori "makan-makan" bukannya "review" karena saya cuma iseng ingin berbagi pengalaman saja. Hihihi...sama aja yak?
Seperti biasa, dalam menulis ini tidak ada paksaan dari pihak lain, terutama pihak restoran, juga tidak ada paksaan ke pembaca yaaah ;).
Santai ajaaah...

Sebenarnya saya dan suami sudah lamaaaa pengin makan di restoran ini. Yup, sebuah restoran bakmi jawa di Pejompongan. Nama restorannya memang "Bakmi Jawa". Tempatnya di Jl. Penjernihan Raya no 25 Pejompongan Jakarta Pusat. Setiap kali lewat jalan ini, kami selalu nengok ke arah restoran tersebut. Suami sambil mengenang, dulu sering makan bersama keluarga di situ. Saya sendiri lupa, saya pernah ke situ ngga ya...waktu kecil dulu? Hehehe, keluarga saya bukan penggemar makan di luar jadi mungkin belum pernah ke situ. Atau sudah pernah tapi saya lupa blaaasssss...:D

Alasan lain saya pengen makan di situ adalah saya kangen bakmi jawa dan wedang ronde (padahal saya harus menghindari kacang tanah...*sigh*). Dua menu ini adalah menu nostalgia 5 tahun kuliah di Jogja. Well, dulu....saya dan teman-teman cewek di kos-kosan suka makan bakmi ini kalau bosan makan nasi. Cara memasak bakmi yang khas membuat saya jatuh cinta dengan bakmi jawa ala Gunung Kidul ini. Yup...khas karena bakmi dimasak per porsi di atas tungku dengan arang kayu sebagai bahan bakarnya. Jadi kalau kita berlima makan, ya nunggu si bapak lima kali masak bakmi :D
Belum lagi kalau sebelum kita datang, ada pelanggan lain yang sudah antri. Tapi di situlah kesabaran kita diuji...(jyaaaaah...). Makin lama mengantri, makin lapar...makin lahap makan bakminya...;)

Okaaay, akhirnya Sabtu siang kemarin kami memutuskan mampir di restoran Bakmi Jawa ini. Kami datang sesaat sebelum jam makan siang, kira-kira jam 11.30 jadi tempat parkir masih lega. Biasanya ramai banget looh...

Penampakan pintu masuk restoran seperti ini :





Terlihat di situ, khas Jogjakarta sekali. Menurut hasil googling, pemilik restoran ini masih ada hubungan dengan Trah Pugeran. Apa ya...ada hubungan dengan keraton Jogja gitu deh. Pas banget ya...saya lagi kangen sama bakmi khas Jogja, restoran ini menyediakannya...:)

Begitu masuk ke dalam, disambut motor gede Harley Davidson model kuno. Katanya yang punya restoran juga penggemar motor HD ini, jadilah salah satu koleksi motornya ditarok di restoran. Ini penampakannya :

Maaf yaaak, udah ada gambar makanannya. Hasil googling untuk foto motor HD-nya cuma dapet ini yang keren.  Maklum, lupa bawa kamera sendiri. Mungkin harusnya saya bawa kamera kemana-mana saya pergi ya...cateeet.



Bagian dalam restoran khas Jawaaa sekaliiii. Meja dan kursi makan terbuat dari kayu jati kuno. Soale berat waktu digeser...:D
Kursinya ada yang kursi per orang, ada juga yang kursi panjang. Sebagaimana filosofi wong Jowo, yang suka kumpul ramai-ramai waktu makan ya... 
Kayak gini interior restorannya :




Pilih meja mana yang disuka..kalau pas kosong ya. 

Lalu pelayan akan menghampiri kita dengan daftar menunya. Maaf lagi, daftar menu nggak ada fotonya :(. Hidangan khasnya tentu bakmi/bihun yang direbus/goreng. Standarnya bakmi/bihun, sayuran, telur, daging ayam, dan semacam risol/bakwan. Oiya...telur dan ayam yang digunakan adalah telur dan ayam kampung. Di Jogja juga begitu, jadi aromanya khas :). Kalau pengin ada tambahan lauk juga bisa, ada rempelo, brutu, sayap, ceker, atau paha. Pilihan menu lain juga ada pastinya, dan banyak macamnya....ada gudeg, nasi liwet, dan hidangan khas Jawa lainnya.

Menu minuman, yang khas pasti wedang ronde :D tapi jangan khawatir, kalau tidak suka wedang ronde ada pilihan es kelapa, es campur, atau juice buah-buahan. Juga ada pilihan menu jajan pasar tradisional seperti lumpia, klepon, nogosari, cenil, dan lain-lain.
Suami saya memilih bakmi rebus dan wedang ronde, lalu saya memilih bihun rebus dan wedang ronde juga.
Ini penampakannya :




Suapan pertama bakminya...aaaaah, betapa saya terharu. Saya kangen rasa ini. Saya sering makan bakmi jawa di daerah Bintaro tapi rasanya beda. Rasa di restoran ini persis rasa bakmi jawa di Jogja. Kuahnya segar, sayurannya matang dan tidak keras, demikian pula dengan telur dan ayam kampungnya. Rempelo atinya pas porsinya. Tidak berlebih dan tidak kurang. Menyenangkan sekali. 
Demikian juga dengan wedang rondenya...enak :D. Mochinya lembut... dan terasa sekali adonan gula merah-kacang di dalamnya. Air jahenya juga mantap.

Kami berdua puas dengan pilihan menu kali ini. Lain kali kami akan kembali dengan pilihan menu lain, gudegnya mungkin atau nasi liwetnya. Harga makanannya tidak terlalu mahal... satu porsi bakmi/bihun rebus IDR20,000; lauk tambahan IDR8,000 per lauk; wedang ronde IDR10,000 per mangkuk. Belum termasuk pajak restoran, tapi tetap ramah di kantung kok...;)

Buat penggemar bakmi Jawa dan sedang jalan-jalan di sekitar Pejompongan, sesekali mampir di restoran ini. Atau menikmati foto-foto saya dulu saja...:D

Program cucian saya sudah selesai....saatnya menjemur...

Thank you for reading :)







Sabtu, 06 Oktober 2012

[RANDOM] Sehabis makan, pulang...?

Selamat malam temans :)

Saya sedikit penasaran dengan kebiasaan sehabis makan di restoran cepat saji. Langsung pulang begitu saja, atau bekas makannya dibereskan lebih dahulu?

Kalau makan di restoran cepat saji, saya suka iseng memperhatikan keadaan sekeliling saya. Seperti minggu lalu saya makan di Burger King. Kebetulan agak penuh di jam makan siang. Seperti biasa saya antri di kasir dan suami cari meja kosong. Kebetulan langsung dapat meja kosong yang sudah bersih, jadi bisa langsung digunakan.

Beberapa saat ketika saya makan, keluarga di meja samping selesai makan. Woooow...banyak bungkus bekas makanannya. Hampir penuh satu meja itu. Pelayan yang biasanya membersihkan mungkin sedang sibuk di dapur, jadi meja itu dibiarkan kotor. Datanglah pelanggan berikutnya, yang kebetulan langsung ke meja tersebut tanpa antri di kasir terlebih dulu. Bekas makanan harus disingkirkan dulu doong...:D. Panggil pelayannya deeeh..."mas, tolong bersihin dulu ya".

Okay, seandainya....pelanggan sebelumnya membereskan dulu bekas makanannya, hal seperti itu bisa dihindari bukan? 

Aaaaaah, tapi kita kan sudah bayar pajak pelayanan, masak iya...bersihin meja kita juga? Terus, pelayannya itu...ngapain?

Haaaa...:D

Hmmm...menurut saya, bukan masalah pajaknya dipakai untuk apa. Melainkan konsep restoran cepat saji itu sendiri. Saya pernah membaca blog pengalaman orang-orang yang hidup di luar negeri. Di situ diceritakan kalau makan di restoran cepat saji mereka selalu membereskan sendiri bekas makannya. Artinya semua bungkus makanan dibuang di tempat sampah yang disediakan, nampan makan dikembalikan di tempatnya dan meja dilap dengan tisu yang diberikan.

Kenapa begitu?

Restoran cepat saji tidak mempekerjakan banyak orang. Hanya koki yang menyiapkan makanan di dapur dan kasir yang menerima order dan pembayaran. Pelayan yang antar makanan ke meja? Tidak ada. Pelayan yang bersihkan meja? Tidak ada. Kalau ada yang tumpah? Bersihin sendiri. Minta lap ke kasir...begituuuu...
Hemat pekerja, hemat membayar upah, juga hemat tempat (tidak berjubelan banyak pekerja dalam satu restoran), memungkinkan menambah meja untuk makan.

Jadiiii...pelanggan yang makan di sana diminta kerjasamanya untuk membersihkan sendiri meja bekas makannya. Bukan diminta malah ya, melainkan HARUS.
Sehingga pelanggan berikutnya yang datang, tinggal menggunakan meja yang sudah bersih.

Now, the question is....bisakah kita di Indonesia menerapkan hal tersebut ketika makan di restoran cepat saji?

Seharusnya bisa :D.

Mudah kok...anggap saja seperti makan di rumah sendiri. Sehabis makan yang namanya meja makan harus bersih, angkat sendiri piringnya ke dapur, cuci di basin, taruh kembali di rak piring bersih.
Angkat bungkus bekas ayam goreng, kentang, burger dan gelas kertas sodanya. Buang di tempat sampah, nampannya taruh di tempatnya.
Saya sendiri sudah membiasakan hal tersebut setiap kali makan di restoran cepat saji, dan harus menurunkan kebiasaan itu kepada anak-anak saya nantinya.
Malah terkadang kalau makan di restoran yang memakai piring dan gelas beling gitu...pengen juga ikut bantuin cuci piring abis makan :D tapi harganya didiskon yaaah...

Jadi temans, yuuuk...biasakan untuk membereskan bekas makan sendiri :). Ga ada ruginya kok...;)

Thank you for reading :)