Kamis, 30 Mei 2013

[RANDOM] Tentang kedai teh Taiwan yang ada di mana-mana...

Halo temans ^____^

Demi apaaah...satu hari bikin dua posting cerita?

Iya nih, sel-sel kelabu dalam otak (meminjam istilah detektif fiksional, Hercule Poirot) sedang produktif sekali hari ini.  Pas buka dompet, pas melihat kartu-kartu loyalty di dalamnya, terlintaslah ide di otak untuk menulis.  Mudah terpengaruh memang...

Kalau temans rajin nge-mall seperti saya (preeeet...) pasti sering melihat kedai-kedai teh Taiwan yang saya maksud.  Judul kedainya bisa apa saja, jualan intinya adalah es teh manis dikemas di gelas plastik bersegel yang lucu-lucu, ditambah dengan berbagai macam topping/isian yang bisa dipilih sesuka hati, dengan es dan gula yang bisa ditambah atau dikurangi.  Hahahaha...es teh manis plus-plus gitu...XD.  Walaupun selain es teh manis, juga ada menu lain seperti juice atau smoothies.

Dulu sekali, yang sempat ngetop di mana-mana adalah Quickly.  Mengekor di belakangnya adalah Hop-Hop.  Saya sudah lupa dengan menu yang ada di Quickly karena sudah lama sekali nggak jajan di situ.  Yang saya ingat hanya Iced Coffee Jelly?   Apalagi Hop-Hop, cuma sekali beli habis itu kapok, karena rasanya tidak memuaskan sama sekali :P.

Sampai sekitar akhir tahun lalu, jalan-jalan di Living World Alam Sutera, ada satu kedai yang antrinya lumayan panjang.  Apa ya?  Penasaran, saya dekati dan saya baca menunya.  Hmmmm...teh?  Berbagai macam jenis teh.  Akhirnya memutuskan untuk beli, tanya sama mbak kasir apa rekomendasinya?  Dijawab Pearl Milk Tea.  Oke deh...beli satu gelas ukuran large, untuk diminum berdua suami.  Hemat bok...

Ternyataaaa.... Enak pemirsa....

Apa nama kedainya?  Yang ini nama kedainya Chatime.  Ini penampakan Pearl Milk Tea dari Chatime.

From : www.phenu.com

Tambah girang karena si Chatime buka kedai juga di Puri Indah Mall.  Ketagihan?  Pastinya :D.  Yang bikin saya ketagihan adalah Matcha Red Bean Milk Tea.  Ini adalah menu favorit saya di Chatime.  Yuummmy....

From : www.chatime.com.au

Lain weekend saya dan suami jalan ke Mall Alam Sutera yang baru dibuka.  Segede gaban tapi masih sepi waktu saya jalan ke sana,  sekarang mungkin sudah ramai.  Nah, di sana ada kedai teh Taiwan juga, yang bernama Georg Peck.  Rrrrr... waktu itu mas kasirnya agak kurang ramah, mungkin karena ramai, jadi saya juga tidak bertanya apa yang bisa direkomendasikan.  Belinya apa juga saya lupa XD.  Jadi untuk kedai yang ini, saya belum menemukan menu favorit saya.

Beberapa bulan lalu, ada kedai teh baru lagi, masih di Puri Indah Mall.  Namanya ShareTea. Isi menunya kurang lebih sama dengan Chatime sik, yang pasti ada Pearl Milk Tea.  Nama menunya saja beda-beda, pas dibeli ternyata isinya sama :D.  Yang jadi favorit saya di ShareTea adalah QQ Happy Family Milk Tea.  Ini seru, karena 5 topping/isian dimasukkan jadi satu dalam milk tea-nya.  Lima topping itu kalau nggak salah : pearl/bubble, pudding, red bean, lychee de coco, dan grass jelly.  Rasanya?  Whooooaaaa....sukaaaa.  Menu ini jadi favorit saya dan suami, cukup beli 1 ukuran large, diminum berdua. Hahahaha...

Eh terus ternyata, di dekat kantor suami juga ada kedai serupa.  Saya jadi penasaran dong, menunya apa saja.  Yang ini namanya Love Tea.  Kemarin dibelikan sama suami judulnya Hazelnut Milk Tea.  Kurang lebih menunya sama dengan Chatime dan Share Tea.  Belum menemukan yang favorit karena belum cobain yang lain.

Dari empat kedai teh Taiwan ini, yang paling banyak ada cabang sepertinya Chatime. Yang jelas, semuanya adalah kedai waralaba, yang biasanya mempunyai standar yang sama antara satu cabang kedai dengan cabang yang lain.  Persamaan lainnya adalah semua menerbitkan loyalty card, yaitu kartu yang bisa dicap atau ditempel stiker setiap kali melakukan pembelian.  Sudah mengumpulkan 10 cap/stiker, bisa ditukar dengan 1 menu minuman.

Loyalty card kepunyaan saya :



Mengenai harga, semua bermain di kisaran harga yang sama yaitu IDR17,000 - IDR26,000.  Jajan es teh manis yang mahal ya bok.  Kalau berdua aja, kurang lebih menghabiskan IDR50,000 tapi tetep aja balik jajan ke situ.  Ada daya tarik tersendiri tiap kali melewati kedai-kedai ini.  Pinter banget cari alasannya... XD

Kamu sering jajan di kedai teh Taiwan yang mana?  Lalu minuman favorit kamu judulnya apa?  Atau mungkin ada kedai teh selain empat kedai di atas yang jadi favorit kamu.  Cerita dooong...:)
Siapa tahu ada yang di dalam mall favorit, jadi biar ada alasan ngajak suami buat ke mall....*dikeplak*

Thank you for reading and visiting my blog :)

[RANDOM] Tentang trend berlangganan beauty box...

Halo temans ^____^

Beauty box?  Apaan sih itu?

Kotak cantik?  Hehehehe...hampir benar sik, tepatnya kotak yang berisi kosmetik atau skincare.  Mulai trend di sekitar bulan April lalu di kalangan beauty blogger Jakarta dan Surabaya.  Awalnya saya tahu dari posting-posting di blognya Stella Lee atau di blognya Priscilla Clara.  Mereka berlangganan beauty box dari Etude House.  Tadinya saya pikir itu bisa dibeli di counter Etude House, ternyata bukan...mereka berlangganan langsung dari Etude House, entah dari Korea langsung atau Etude House Indonesia.  Isinya?  Tentu saja produk-produk terbaru dari Etude House, dan berbeda-beda setiap bulannya.

Lalu yang mulai trend di bulan April yang mana?

Hasil menjelajah di blog member IBB, ada 3 vendor yang cukup menarik perhatian.  Yaitu The Lola BoxBeauty Treats Indonesia, dan Vanity Trove Indonesia.  Layanan yang diberikan hampir sama,  pertama kita harus gabung menjadi di member di websitenya,  pilih-pilih mau langganan berapa lama, membayar biaya langganannya, lalu tunggu beauty box-nya dikirim ke rumah.

Isinya apa saja?

Dari yang saya baca, isinya beberapa produk skincare dan kosmetik, berupa sample atau full size, dan juga beberapa voucher untuk layanan kecantikan atau pembelian produk tertentu.  Tiap bulan isinya berbeda-beda, demikian juga dengan isi untuk setiap pelanggan.  Ada produk yang sama, ada yang berbeda, tergantung pilihan kita waktu pertama gabung menjadi member (kalau nggak salah...).  Bisa dikatakan, seperti mendapatkan kejutan setiap bulannya.

Contohnya seperti ini :

From : http://beautytreats.co.id

Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai sekitar IDR95,000 - IDR180,000.  Lumayan mahal tapi kalau dilihat-lihat isinya, katanya sik....jadi nggak mahal :D

Kalau saya pribadi, saya tidak tertarik untuk berlangganan beauty box ini.  Kenapa?  Karena saya nggak tahu akan mendapatkan apa saja di satu box.  Hehehe, saya bukan tipe yang suka kejutan.  Saya lebih suka saya cari sendiri apa yang saya mau.  Kebetulan juga saya bukan penggemar sample, apalagi sample skincare.  Kulit wajah saya bukan termasuk kulit yang rewel parah, tapi kalau keseringan ganti sample kadang keluar juga protesnya,  alias muncul jerawat-jerawat kecil.

Untuk kosmetik, kebanyakan yang diberikan adalah ukuran fullnya, atau miniatur.  Ini juga saya nggak suka, kalau tiba-tiba saya dapat kosmetik yang mungkin warnanya saya nggak suka walaupun cocok dengan warna kulit wajah, malah nanti nggak saya pakai.  Percuma kan?  Teronggok lama dan akhirnya kadaluarsa...:(.

Pada akhirnya dengan harga sejumlah itu setiap bulan, lebih baik saya alokasikan untuk membeli kosmetik atau skincare full size, sesuai pilihan saya sendiri.  Lebih puas sik...:D.   Kalau kamu bagaimana?  Kamu suka beli model beauty box seperti ini, atau lebih suka seperti saya?   Cerita ya...:)

Thank you for reading and visiting my blog :)




Jumat, 24 Mei 2013

[PERSONAL] Jika tak kunjung dianugerahi si buah hati...bagian 1.

Halo temans ^____^

Dari tadi malam sebenarnya saya pengen posting cerita ini, tapi kok mata sudah nggak kuat melek jadi akhirnya saya ceritakan pagi ini, tentu saja setelah saya minta izin ke suami untuk sharing cerita ini ke temans semua :).  Akan jadi cerita yang agak panjang dan nggak pakai gambar, jadi sila cari cemilan dan minuman ringan untuk teman membaca... Uhuk...

Okay, here we go...

Dulu saya selalu berpikir, setiap pasangan yang sudah menikah pasti akan dianugerahi anak oleh yang Maha Kuasa.  Kalaupun tidak punya anak...saya berpikir, oooh...mungkin memang itu pilihan mereka.  Setelah banyak membaca dan banyak melihat keadaan sekitar (keluarga dekat/jauh dan teman sekantor), saya kembali berpikir....mungkin pasangan yang belum atau tidak mempunyai anak bukannya memilih untuk tidak punya anak, tapi ada faktor lain yang mempengaruhi.  Mungkin saja sang istri mengalami infertilitas, atau sang suami yang mengalami infertilitas, atau kedua-duanya...

Walaupun saya membaca beberapa tulisan tentang infertilitas, saya sama sekali tidak menduga bahwa saya juga akan mengalami hal tersebut.  Setelah menikah, harapan saya tentu saja adalah saya dan suami segera dianugerahi anak, mengingat usia kami berdua yang sudah kepala 3  (eeeh, jadi ketahuan umur saya.  Haiiissh, saya ini 17UP! kok...).  Tunggu punya tunggu, bulan pertama...haid saya telat datangnya.  Hati sudah agak senang, beli dan segera pakai test pack, hasilnya....hanya 1 strip.  Kecewa, tapi masih berharap karena kadang hasil test pack tidak akurat.  Tapi seminggu kemudian, haid pun datang :(.

Bulan kedua haid tetap datang.  Bulan ketiga, haid telat seminggu...beli test pack lagi, tapi lagi-lagi hanya terpampang 1 strip saja.  Bulan keempat pun demikian.  Ya sudahlah, berhenti dulu beli test pack.  Sampai bulan keenam saya menikah, saya terus dikunjungi tamu bulanan.  Hati sedih bukan kepalang, ada apa ini ya.... Hingga akhirnya ibu saya mendesak agar saya melakukan kunjungan ke dokter SpOG.  Sebenarnya dari dulu sebelum menikah, ibu sudah minta saya periksa ke dokter SpOG, karena kalau haid saya sering mengeluh perut saya sakit, tapi saya selalu menundanya... *bandeeel*

Ke dokter SpOG mana yang harus saya kunjungi...?

Ibu saya pun mencari-cari informasi dari teman-temannya, kira-kira dokter SpOG mana yang bagus untuk pemeriksaan kandungan dan program hamil.   Dari rekomendasi teman ibu, kami memutuskan untuk periksa ke RSIA Budhi Jaya Tebet, dengan dokter SpOG : Prof. DR. Dr. H. Ichramsjah A. Rachman, SpOG(K).  Jangan tanya saya singkatannya apa saja itu ya...:D.  Sesuai rekomendasi, banyak pasangan yang menjalani program hamil di RSIA ini, dan ditangani langsung oleh pak Prof.

Bulan Januari 2012, kami konsul pertama ke Prof.  Ditanya, sudah berapa lama menikah?  7 bulan.  Idealnya, 3 bulan sudah harus langsung hamil kata pak Prof.  Kalau belum hamil juga, pasti ada apa-apanya.  Mari kita lihat...  Dengan menggunakan alat USG tentunya, tapi ternyata di daerah rahim saya banyak "kabut"nya, istilah pak Prof.  "Kabut" itu harus dibersihkan dulu.  Saya pun menjalani pemanasan (diathermi) di daerah sekitar rahim selama 10 hari berturut-turut, di klinik fisioterapi tentunya. 

Selesai proses pemanasan, saya kembali ke pak Prof untuk konsul.  Prof menyatakan sudah bersih dan baru bisa dilihat, ada apa sebenarnya dengan rahim saya.  Hasilnya mengejutkan, karena letak mulut rahim saya arahnya membelakangi jalan sperma menuju saluran indung telur, juga ditemukan adanya kista endometriosis, dan kalau ingin hamil...kista itu harus diangkat.  Haeeee, artinya saya harus menjalani bedah laparoskopi untuk menormalkan arah mulut rahim dan mengangkat kista.

Paralel dengan pemeriksaan di atas, saya juga harus cek darah untuk skrining ada atau tidaknya virus Rubella dan toxoplasma, juga pemeriksaan kecocokan darah dengan sperma suami.  Pusing karena harus menjalani beberapa pemeriksaan sekaligus, saya dan suami memutuskan skrining darah untuk virus Rubella dan toxoplasma dulu.  Hasilnya saya dan suami harus minum obat penghilang virus Rubella, dan negatif untuk toxoplasmanya.

Bulan April 2012, saya memutuskan untuk menjalani bedah laparoskopi.  Butuh waktu yang lumayan lama untuk memutuskan hal itu.  Pertama, mengumpulkan biaya.  Kedua, mengumpulkan keberanian untuk berbaring di atas meja bedah.  Saya pun menjalani pemeriksaan dalam sebelum bedah.  Tanggal 20 April sore saya masuk rumah sakit, tanggal 21 April subuh pun saya menjalani bedah laparoskopi.  Dibius???  Tentu saja... Hal terakhir yang saya ingat di ruang bedah adalah dokter anestesi berbisik di telinga saya, "Terus berdoa ya bu...".   Setelah itu, saya jatuh dalam tidur yang amat sangat dalam, tidak mendengar apa-apa...sampai ada dokter yang menepuk-nepuk pipi saya, "Bu Dina...bu Dina...".  Tapi rasanya kok, mata ini sulit dibuka yaaa....

Bangun-bangun, ternyata saya sudah ada di ruang pemulihan.  Yang menunggu di samping tempat tidur adalah suami saya.  Kalau mengingat saat itu, saya menangis (bahkan mengetik ini pun sambil mbrebes mili :(....).  Menurut saya, dengan dibius dan ada di atas meja bedah,  saya tidak jauh dari yang namanya kematian.  Apa saja bisa terjadi di ruang bedah.  Setelahnya ibu dan adik saya pun bergantian menunggui saya.  Baru dipindah ke ruang perawatan pada sore harinya.  Yang namanya dirawat di rumah sakit nggak ada yang enak...nggak betah, dan pengin cepat pulang.  Karena saya menjalani bedah di bagian perut, saya baru boleh pulang kalau sudah buang angin dan buang air besar secara alami.

Hahaha...ternyata bisa buang air besar secara alami setelah operasi itu, menghasilkan kelegaan yang luar biasaaa.  Saya pulang ke rumah hari Selasa tgl 24 April 2012.   Setelah itu beberapa kali kontrol ke Prof, dan harus disuntik Tapros 2 bulan berturut-turut.

Sembari menjalani 2 bulan itu, saya dan suami melakukan tes kecocokan darah dengan sperma.  Lagi-lagi hasilnya membuat saya shock dan amat sangat kecewa dengan diri saya sendiri. Ternyata, darah saya selalu menolak sperma suami, dengan kata lain antibodi yang dibentuk darah untuk kekebalan terhadap benda asing yang masuk amat sangat tinggi.  Tes dilakukan di lab Andrologi, dengan dokter spesialis andrologi sebagai penanggung jawabnya, yaitu dr H. Indra G. Mansur, DHES, SpAnd.

Balik konsul ke Prof Ichramsjah, candaan pak Prof adalah saya terlalu cinta ke suami saya, sampai-sampai sperma suami ditolak :D.  Tapi saya tidak boleh kecil hati karena ada terapinya.  Saya pun menjalani terapi yang namanya PLI (paternal leukocyte immunization), terjemahannya : imunisasi leukosit suami.  Jadi darah suami diambil, di-treatment sedemikian rupa, sehingga sel darah putih (leukocyte) bisa dipisahkan, lalu disuntikkan ke dalam darah saya.

Kenapa pakai terapi ini?

Di dalam sel darah putih terdapat DNA yang susunannya sama dengan DNA yang ada di sperma.  Dengan disuntikkan sel darah putih, diharapkan darah saya dapat membaca DNA sel darah putih suami, dan mengenali DNA yang sama di sperma suami, sehingga tidak ada lagi reaksi penolakan dan penggumpalan.  Saya harus menjalani terapi ini tiap 3 minggu sekali, sampai mencapai hasil  yang diinginkan dr Indra dan pak Prof.  Hohoho...berapa kali suntik?  Total 10 kali suntik, dan sampai sekarang masih menjalani PLI maintenance setiap 2 bulan sekali.

Selama terapi 10x suntik itu, setiap berhubungan tidak boleh ada sperma yang masuk ke tubuh saya.  Suami harus memakai kondom.  Baru setelah mencapai hasil yang diinginkan, saya dan suami diizinkan oleh dokter untuk berhubungan tanpa kondom.  Karena ini sifatnya seperti alergi,  maka saya pun harus menghindari beberapa jenis makanan dan non makanan yang memicu alergi.  Dari hasil tes lab, saya harus menghindari makanan : udang, kepiting, coklat, dan kacang tanah.  Juga menghindari non makanan : kecoak, tepung maizena mentah, dan tepung sari rumput.   Sampai kapan?  Sampai saya berhasil hamil dan melahirkan anak saya dengan selamat.  Wheeeew....

Lalu, sekarang hasilnya bagaimana?

Sekarang ini, saya dan suami masih terus berusaha agar saya bisa hamil.  Kata dokter, harus tetap berdoa, semangat, pantang menyerah, dan terus berusaha.  Meskipun kadang niiih, dalam hati kecil saya....saya iri dengan ibu-ibu yang mudah hamil, dan saya takut kalau saya tidak bisa punya anak sama sekali.   Berpikiran negatif memang tidak bagus, berulang kali suami saya mengatakan hal ini kepada saya.  Ujian untuk saya adalah kesabaran, kesabaran, dan kesabaran.  Hiiiks, terimakasih Alloh, sudah memberi saya suami yang pengertian dan sabar terhadap saya...

Apakah banyak perempuan yang mengalami infertilitas?

Banyak.  Ya, ini jadi penyemangat sendiri untuk saya.  Ooooo...banyak pasangan yang juga belum dianugerahi keturunan. bahkan ada yang sudah menikah lebih dari 2 tahun (artinya lebih dari saya dan suami).  Ada temannya, hibur hati kecil saya. 

Inti ceritanya?

Hehehe...untuk temans yang dengan mudah hamil, baru sebulan menikah sudah langsung hamil, selamat ya.... Jangan sia-siakan rahmat dan anugerah dari Alloh SWT.  Untuk temans yang mengalami hal seperti saya, jangan takut, segan atau malu untuk berkunjung ke dokter.  Baik suami dan istri, harus sama-sama konsul ke dokter.  Dalam hal berketurunan, sekarang ini bukan masanya lagi untuk menyalahkan istri yang tidak kunjung hamil.  Keduanya harus diperiksa semua, siapa yang mengalami masalah, dan pasti masih bisa diselesaikan :).

Yuhuuuuu, tetap semangat ya Dina Apriyanti dan Bayu Kanigoro...menanti hadirnya junior-junior penerus keluarga kami, penerus agama kami... Bismillaaah...:)


Thank you for reading and visiting my blog.




Selasa, 21 Mei 2013

[PERSONAL] Mengejar Tikus...

Halo temans ^____^

Hampir 2 tahun sejak saya pindah dari rumah orangtua di Jakarta Selatan, ke rumah suami di Tangerang.  Mulai pertama pindah, syukur alhamdulillah...di rumah nggak ada hewan-hewan yang agak besar.  Paling ketemunya cicak, laba-laba, semut atau kecoak, yang saya yakin pasti ada di setiap rumah.  Hehehe...suka kaget sendiri juga sih, kalau tiba-tiba ada yang nongol dari balik lemari dan pluuuk...jatuh ke lantai :D.

Hewan yang agak besar itu maksudnya tikus atau kucing.  Kalau kucing, lumayan sering mondar-mandir di jalanan komplek atau nongkrong-nongkrong malesin di garasi mobil.  Selama nggak buang air besar di teras, saya nggak misuh-misuh laaah... Yang menyebalkan adalah tikus.  Namanya juga komplek lama, kebanyakan sampah rumah tangga dibuang ke bak sampah terbuka yang ada di depan masing-masing rumah.  Well, sampah rumah tangga kebanyakan sisa-sisa makanan dooong...jadilah bak sampah terbuka itu ajang pesta para tikus. Hiiiii... Kalau lagi jalan ke depan komplek, suka kaget karena tiba-tiba ada yang menyeruak lari terbirit-birit dari bak sampah.  Tikusnya kaget juga karena tiba-tiba saya lewat :D.

Awal-awal pindah, pintu pagar rumah belum ditutup mika, masih ada jarak yang lumayan besar di antara jeruji-jerujinya.   Sewaktu belum menikah, suami jarang membuang sampah sisa makanan makanya nggak ada tikus yang mengorek-ngorek tong sampah rumah.  Setelah saya pindah, mulai masak sendiri dan kadang membuang sampah sisa makanan atau potongan sayur, mulailah juga tikus-tikus ini mencari makan di tong sampah kami.  Kesal karena nggak menemukan jalan masuk ke tong sampah, akhirnya si tikus buang air besar di teras.  Grrrrrrrh....

Saya komplain ke suami, dan akhirnya diputuskan untuk menutup bagian bawah pagar dengan plastik mika tebal, untuk menutup jalan masuk tikusnya.  Fiuuuuuh, berhasil.  Tikusnya nggak masuk lagi ke teras :).  Lalu saya iseng nanya ke suami, kalau tikusnya masuk lewat saluran air kotor bagaimana?  Jawaban suami menenangkan hati saya, karena dia bilang...di saluran air kotor sudah dipasangi kawat kasa, jadi tikusnya nggak bisa lewat saluran air kotor.  Okaaaay...siiiip.

Sampai hari Senin minggu lalu, selesai mandi sore dan saya membuka pintu kamar mandi...tiba-tiba ada sekelebatan berwarna hitam lewat dan masuk ke kamar tidur saya.  Hati saya mencelos, tidaaak...sepertinya itu tikus :(.  Masuk dari mana???  Pintu dapur dan ruang makan ke teras belakang, semua dalam keadaan tertutup.  Pintu depan juga. Pintu dapur ke arah garasi juga tertutup.  Saya beranikan diri untuk cek ke kamar, kok nggak ada ya?   Ah, jangan-jangan saya salah lihat...hibur saya.  Ketika suami pulang kantor, dia juga ikut mencari...nggak ketemu juga.  Oke deh, salah lihat.  Tapi ternyataaaaa...saya nggak salah lihat!  Memang ada tikus, dan dia dengan cantiknya nangkring di tas ransel yang ada di sudut kamar.

Plaaaaak... Buuuuuk... Gedubrak...

Acara mengejar tikus di malam hari dimulai, dan berakhir dengan tikusnya ngumpet di kamar mandi dalam.  Kami gagal menangkapnya.  Semalam itu tikusnya dikurung di kamar mandi.  Untung kamar mandi rumah ini ada 2.  Keesokan paginya, kami minta tolong ke Marwan (sekuriti komplek)  untuk menangkap tikus itu.   Hihihi...suami saya juga takut kalau sama tikus :), makanya kami minta tolong Marwan.  Kejar-kejaran sesi 2 dimulai, tikusnya gesit banget.  Bisa manjat pula... Sesi 2 berakhir dengan kegagalan karena tikusnya melarikan diri ke atas lewat lubang kecil yang memang belum ditutup.

Lubang kecil tadi akhirnya ditutup sementara dengan koran dan batu yang dipalu.  Hati lumayan lega sampai dengan hari Kamis pagi.  Kali ini suami yang pertama melihatnya...  Uaaaah, masuk dari mana lagi ini tikusnya.  Semua pintu kamar kami tutup.  Kejar-kejaran sesi 3 mulai.  Masih dibantu oleh Marwan, kali ini tikusnya tertangkap.  Kata Marwan, ini tikus rumah yang ngerusak dan menggigit, harus dibunuh dulu tikusnya baru dibuang.  Oke deh...:), untung bukan tikus yang gede suka ngorek-ngorek sampah itu... *merinding*

Lega?  Beluuuum... Masih ada cerita lanjutannya.

Hari Minggu malam, saya sedang asik browsing di ruang tengah, suami tidur-tiduran di kamar.... tiba-tiba saya melihatnya lagi.  Astagaaa...tikus ini dari mana sih masuknya?  Suami langsung memutuskan untuk membeli perangkap tikus.  Pulang dari minimarket, suami ketemu bang Tisna (yang suka bantuin bersih-bersih rumah yang agak berat).  Okeeeeh, kejar-kejaran sesi 4 dimulai.
Tikusnya pun lari ke arah dapur dan sembunyi di lemari bawah kompor.  Semua barang di lemari itu dikeluarkan, nggak ada...ngumpet di mana ya???  Akhirnya diputuskan untuk memasang perangkap dengan umpan makanan ikan yang baunya super amis, dan lemari ditutup.

Hasilnya? Yeaaaah...tikusnya kena perangkap, nempel di lemnya :D.

Ya ampuuuuun... mau nangis rasanya.  Yang saya nggak habis pikir, masuk lewat mana tikusnya.  Rasanya semua lubang sudah ditutup.  Kok masih bisa masuk juga.  Akhirnya sekarang saya putuskan, kalau siang hari...saya ada di ruang tengah atau di kamar, pintu ke teras belakang saya tutup semua.  Jendela juga hanya jendela kamar yang saya buka, untuk pergantian udara.  Rasa deg-degan tiap kali melihat tikus di dalam rumah amat sangat tidak baik untuk jantung... Semoga kali ini nggak ada lagi tikus yang masuk.

Maaf ya, posting ceritanya panjang dan nggak pakai gambar pula.  Agak-agak geli mau majang foto tikus di cerita ini,  kecuali tikus yang ini...

sumber : www.mickeymousewatch.net

Hahahaha...thank you for reading and visiting my blog :)

Sabtu, 18 Mei 2013

[MAKAN-MAKAN] Bubur Ayam Cakra, Kemanggisan, Jakarta Barat

Halo temans ^____^

Siapa yang nggak kenal dan suka dengan bubur ayam?  Pasti semua sudah mengetahuinya kan? 

Hidangan bubur dengan berbagai lauk isian dalam satu mangkuk, bisa buat sarapan pagi atau makan malam.  Satu mangkuk sudah membuat perut kenyang, walau kadang menambah lagi...:). Biasanya si abang penjual berkeliling dengan gerobaknya atau mangkal di suatu tempat tertentu, atau sudah membuka warung secara permanen.

Salah satu warung bubur ayam yang membuat saya kecanduan adalah Bubur Ayam Cakra, Kemanggisan, Jakarta Barat.  Ini karena suami saya yang berkantor di daerah Kemanggisan cerita, waktu belum menikah sering sarapan bubur ayam yang enak banget dekat kantor. 

Saya penasaran dooong, kayak apa sih buburnya???  Kenapa suami saya sampai bilang enak banget.  Dengan sedikit memaksa akhirnya saya berhasil membujuknya untuk mengajak saya makan di sana.  Tentu saja kami ke sana di hari Sabtu, karena warung tutup di hari Minggu dan masa liburan mahasiswa.

Pertama kali makan, saya langsung komentar...uaaaaah, ini bubur beneran enak!!!  Bahkan tanpa lauk-lauknya pun si bubur sudah terasa enak.  Kalau menurut kami sik, buburnya dimasak dengan kaldu spesial.  Nah, kaldu spesialnya ini yang sepertinya khas Pasundan, makanya itu warung nama lengkapnya adalah Bubur Ayam Pasundan, tapi karena ada di jalan Anggrek Cakra namanya jadi Bubur Ayam Cakra...*soktau*.

Ini alamat lengkapnya Jl Anggrek Cakra no 27, Kemanggisan, Jakarta Barat.  Patokannya kampus Bina Nusantara Anggrek, di dekat parkiran mahasiswa.

Jadi kayak apa penampilan bubur yang bikin saya kecanduan ini?

Taraaaaaa....



Hohoho....looks yummy ne?

Isinya memang berbeda dengan bubur ayam yang sering saya beli di dekat rumah.  Yang ini isinya "hanya" bubur berkaldu dan suwiran daging ayam yang banyak.  Istilah suami saya, generous :D.  Ditambah dengan kacang kedelai goreng, emping, kerupuk, dan diakhiri dengan taburan bawang goreng.  Punya saya tidak ada kacang kedelainya, karena saya nggak suka....keras :D.   Kalau suka, kaldunya bisa minta tambah di depan, atau mau tambah lauk sate kulit/ ampela/ ati/ telur mungkin...
Sambal dan kecap manis disediakan di meja makan, kalau mau makan bubur pedas sila tambahkan beberapa sendok sambal  >,< .  Menurut saya, satu sendok sudah cukup pedas.

Pastinya ini bubur emang enak, jempol deh saya acungkan.  Harga 1 porsinya juga jempol sik, 1 porsi bubur ayam ini dikasih harga IDR10,000, lauk sate-sate kalau nggak salah IDR2,500 per tusuk, tambahan minuman IDR3,000 per botol.  Sebenarnya sedikit mahal, mengingat letaknya dekat daerah kampus.  Ya ada harga ada rasa sik, harga segitu wajar mengingat rasanya yang enak dan ayam suwirnya yang banyak :).

Saya nggak ambil foto warungnya, nggak enak sama yang punya warung. Saya kasih foto plakat rekomendasi pecinta kuliner Bina Nusantara saja ya...



Hihihihi... Itu jempol udah gede banget :D.  Semoga cerita saya kali ini menyenangkan, yang penasaran dengan rasa buburnya, sila dicoba....

Thank you for reading and visiting my blog :)

Jumat, 17 Mei 2013

[REVIEW] Skinfood Steam Milk Mask Cream

Halo-halo temans ^____^

Minta maaf dulu aah....*sungkem*

Kenapa minta maaf?  Karena saya lama sekali berhibernasi sejak posting terakhir saya tanggal 4 Mei 2013, yang artinya hampir 2 minggu yah :D.

Terus ke mana ajaah?  Liburan ya?  Hahaha, nggak...tapi ada beberapa hal yang harus saya lakukan dan membuat saya jadi nggak mood untuk menulis.  Ditambah juga laptop saya lagi bermasalah, kayaknya minta jajan.  Sama halnya dengan smartphone saya, yang udah sering minta jajan.  Mau ganti tapiiii....belum ada budget.  Hihihihi...jadi tsurhat :)).

Tiba-tiba ingin menulis karena krim malam saya habis.  Apa hubungannya?  Ya, ini niat sendiri saja sih... Saya akan menulis cerita tentang suatu produk kalau saya sudah memakai produk tersebut sampai habis, terutama untuk skincare.  Nah, krim malam termasuk skincare kan?  Okaaaay, langsung menuju produknya...



Terus terang, saya beli produk ini karena kemasannya yang imut dan menarik perhatian.  Kebetulan saya ini penggemar susu dan produk turunannya (keju, mentega, krim keju, dll).  Mirip dengan susu dalam kemasan karton 250 ml yang dijual di supermarket kan?  Review di beberapa blog menjelaskan bahwa produk ini biasa-biasa saja, tidak istimewa.  Hanya bekerja melembabkan, tidak ada tambahan fungsi lain, dan kebanyakan tidak akan membelinya lagi.  Kalau mbak Dina?  Saya suka, sudah menghabiskan satu jar kemasan 100 ml, dan sedang menggunakan jar yang kedua.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menutrisi kulit...




Saya tahu, krim ini mengandung paraben yang sebenarnya tidak bagus untuk kulit, tapi saya suka krim ini dan akhirnya pilih tutup mata dulu deh, sembari cari-cari krim malam lain yang tidak mengandung paraben.

Deskripsi produk yang tertera di kemasan ...



Di website resminya skinfood, tidak disebutkan apakah ini krim pagi atau malam.  Hanya dijelaskan dipakai terakhir, sesudah segala lapisan skincare (toner, serum, essence).  Saya sendiri coba pakai krim ini di pagi hari, ternyata nggak cool sama sekaliii...alias nggak bisa diblend dengan bb cream.  BB cream jadi ndeplok nggak jelas di muka saya,  juga jadi berasa berat banget di muka.  Akhirnya saya coba pakai di malam hari, kyaaaa...ternyata enak banget :).  Cocok buat yang sering tidur di kamar dengan air conditioner menyala sepanjang malam.

Jarnya seperti apa...



Jar terbuat dari plastik berwarna putih, mengingatkan saya pada sabun krim/colek B29... *ditabok* Kayaknya produk skincare Korea ini suka sekali dikemas dengan kemasan yang besar ya?  Untuk krim, kemasan 100 ml itu gede banget lho!  Kemasan 50 ml saja sudah cukup untuk pemakaian 2 bulan, lha ini...100 ml :D.  Apalagi hanya dipakai sebagai krim malam, punya saya baru habis setelah 4 bulan.



Setelah tutup dibuka, masih ada tutup tambahan dari plastik juga, dengan tulisan skinfood yang di-embossed.  Sementara di tutup luar, tulisannya hanya dicetak di kertas dan ditempel di tutupnya.
Isinya...



Krim berwarna putih, mirip susu ya?  Saya suka dengan wanginya, lembut dan menenangkan.  Seperti biasa, tidak ada spatula untuk mengambil krimnya.  Banyak yang merasa tidak nyaman kalau harus mencolek krim dengan jari langsung.  Saya sih, cuek saja...kalau lagi rajin, pakai cotton bud untuk ambil secukupnya.  Kalau cepet-cepet karena udah mengantuk, ya pakai jari yang bersih :D.

Olesan di tangan...



Krimnya sendiri cukup mudah dibaurkan di kulit wajah, dengan sedikit pijatan ringan supaya krim lebih menyerap.   Di pagi hari, kulit wajah bagian pipi, dagu, dan dahi tidak terlalu berminyak, di hidung sedikit berminyak.  Apakah wajah terasa lembut?  Iya lembut, tapi tidak kenyal.  Mungkin ini yang membuat banyak blogger yang kurang suka dengan krim ini.  Krim ini sifatnya hanya melembabkan, tidak ada fungsi tambahan lain.  Buat saya sendiri tidak masalah, selama kulit saya tidak menjadi kering kerontang di kamar yang ber-ac hampir semalaman :D.

Lalu, setelah jar kedua habis, apa masih mau beli lagi?  Belum tahu nih, mau ganti atau nggak. Pengen pakai skincare Korea yang premium gitu, seperti Sulwhasoo atau History of Whoo, tapi mahal banget ya bok...  Pengen beli Laneige Water Bank Gel Cream, itu katanya juga bagus.  Yaah, nanti dulu, baca-baca review dulu saja.  Cari-cari sample dulu saja...hihihi...

Yak, segitu dulu cerita saya.  Semoga berguna yaah...

Thank you for reading and visiting my blog :).

Sabtu, 04 Mei 2013

[REVIEW] Etude House Wonder Pore Freshner

Halo temaans ^____^

Hayoooo...lagi pada ngapain Sabtu malam ini???

Kalau saya, tadinya saya dan suami berencana mutar-mutar di Puri Indah Mall (PI).  Cari makan enak dan membetulkan kacamata saya yang rusak, lensanya terlepas dari bingkai.  Apa daya...tempat parkir di PI 100% fully loaded!  Ada tempat parkir tapi jawuuuuh dari mallnya, jalan kakinya lumayan.  Akhirnya kami putuskan kembali ke rumah, setelah makan malam di warung pecel ayam pinggir jalan, yang untungnyaaa....lumayan enak.

Ngelantur deh, iya...ini lagi mau cerita...

Setelah merasakan toner keluaran Skinfood seri Fresh Apple Sparkling Pore (cerita di sini) sebanyak 2 botol, dan tidak ada perubahan yang berarti di pori-pori wajah, saya pun memutuskan untuk mencoba toner lain.  Jalan-jalan ke sana ke mari, cari review sebanyak mungkin, akhirnya saya memutuskan untuk membeli Etude House Wonder Pore Freshner.

Kenapa saya pakai toner?  Karena saya akhirnya merasakan enaknya berdandan dengan kulit dalam keadaan lembab dan bersih.  Jadilah toner ini wajib dipakai sebelum mengaplikasikan skincare dan makeup.

Kenapa pilih Etude House Wonder Pore Freshner?  Karena klaimnya begini...


Pokoknya selama berhubungan dengan cara mengecilkan pori-pori kulit wajah, itu menarik perhatian saya.  Walaupun saya tahu juga, kalau pori-pori wajah saya tidak akan mengecil, sampai nggak kelihatan tapiiii...setidaknya bisa mengurangi ukurannya laa...

Saya juga memilih karena harga, yang jauh lebih murah daripada tonernya Skinfood.  Dengan harga yang sama saya dapat ini dengan isi yang jauuh lebih banyak.  Saat ini tersedia 2 ukuran, yaitu 250 ml dan 500 ml.  Pertama saya coba yang 250 ml dulu, bisa dipakai selama 2 bulan.  Sekarang sedang memakai yang ukuran 500 ml.


Kemasan 500 ml datang dengan botol yang super gede. Puas banget melihatnya, seperti botol minuman.  Seperti desain kemasan produk Etude House yang lain,  warna botol ini adalah biru pastel yang enak dilihat.


Aaaah, dan tag yang menurut saya keren : i'm the wonder woman for your pores.

Dilengkapi dengan tutup flip dan pompa untuk kemasan 500 ml, untuk kemasan 250 ml tidak ada pompanya.


Cukup dengan menaruh kapas dan tekan pompanya sampai kapas menjadi basah, lalu langsung aplikasi ke wajah setelah mencuci muka.  Biasanya di kapas itu akan ada sisa-sisa kotoran yang diangkat toner ini.  Tidak terlihat nyata tapi cukup meyakinkan kalau sisa kotorannya terangkat.

Cairan tonernya sendiri menyerupai air biasa, yang mungkin kalau nggak ada baunya sama sekali saya bisa saja ditipu :D.  Eh jangan berpikiran negatif ah, nggak baik.  Nggak usah ditarok di tangan ya, bayangin aja air mineral yang agak sedikit wangi.  Sedikiiiit...
Kita lihat-lihat bahannya ya...


Saya nggak pintar membahasnya, jadi googling sendiri ya untuk keterangan bahan-bahan di atas.

Sebenarnya produk ini ditujukan untuk kulit yang berminyak dan pori-porinya besar, nah kalau saya...kulit saya kombinasi tapi pori-pori juga besar.  Untungnya hasil di kulit wajah saya jauh lebih baik daripada toner Skinfood.  Sampai saat ini sudah 3 bulan saya pakai toner ini, dan kondisi kulit saya memang sudah jauh lebih bersih daripada dulu.

Singkat kata, walau cuma pakai pelembab kulit saya nggak kucel-kucel amat. Kalau mau kelihatan flawless dan glowy, ya tetap pakai bb cream :).  Saya pasti akan membeli produk ini lagi.  Selama kulit saya belum jenuh saya akan membelinya.  Cuma satu kekurangannya, si botol ini gedha banget yak! Akhirnya kalau pergi dan menginap, saya taruh toner di botol yang lebih kecil.

Beli di mana?  Saya biasa beli dengan sistem PO di Rie Butik, kalau mau ready ya di GMarket atau counter Etude House.  Harganya cek sendiri, karena masing-masing seller punya kebijakan harga yang berbeda-beda.

Semoga cerita saya berguna, mungkin temans mau coba toner baru?

Thank you for reading and visiting my blog :)










Kamis, 02 Mei 2013

[RANDOM] Wewangian yang hilang di The Body Shop

Halo temans ^____^


Entah kenapa, tiba-tiba kemarin saya kangeeeen sekali dengan wewangian dari The Body Shop :). Saya buka laci lemari baju saya, saya pandangi satu-satunya botol minyak wangi The Body Shop yang ada di sana....dan tiba-tiba saya merasa ingin kembali pada saat wewangian tersebut masih dijual di outletnya.

Wewangian yang saya miliki adalah The Spirit of Moonflower Eau de Toilette.  Saya beli sudah lama sekali, mungkin sejak tahun 2003 atau 2004.  Dulu juga punya perfume oilnya dan selalu saya pakai untuk ke kantor, tapi sudah habis.  Ketika hendak membeli perfume oil lagi, saya diberi tahu kalau The Spirit of Moonflower sedang discontinue karena akan ada formula yang baru.  Lalu saya pun memutuskan untuk menunggu.  Dan ketika formula baru keluar, ternyataaaa....wanginya berubah :(.  Saya lebih suka wewangian yang lama, karena itulah yang ini saya pakai secara hemat-hemat.


Di masa-masa saya bekerja, masih rajin dan mau diminta lembur, yang tentu saja menghasilkan pendapatan yang lebih banyak :D....bisa dibilang saya kecanduan wewangian The Body Shop.  The Spirit of Moonflower ini jadi wewangian khas saya, karena dulu ada teman yang bilang : ini pasti ada mbak Dina, wanginya khas :).  Saya punya Oceanus EDT, Vanilla Body Mist, Indian Gardenia EDP, juga yang untuk cowok Arber dan Kistna.  Kayaknya sekarang juga masih ada sih :D, tapi di lemari saya yang di sana, yang saya bawa cuma ini. 

Kemarin saya mencoba cari lewat online, siapa tahu masih ada yang jualan.  Ternyata memang sudah tidak ada samasekali.  Cek website TBS yang UK, US, atau AU juga tidak ada.  Padahal banyak yang masih menyukainya, karena saya baca di community forum-nya masih banyak yang minta untuk diproduksi kembali, tentu saja dengan formula lama.  Teman di facebook memberi tahu online shop yang menjual rare item dari TBS,  setelah cek....ternyata memang sudah tidak ada dan tidak keluar sama sekali :(


Seorang teman yang sedang melanjutkan kuliah di Australia menawarkan diri untuk menanyakannya di TBS Australia.  Uhuuuks...saya terharu, dan saya berharap semoga masih ada, walaupun kecil sekali kemungkinannya.

Well, saya tidak bisa menjelaskan wangi The Spirit of Moonflower ini seperti apa.  Saya tidak pintar mendeskripsikan wewangian, kalau saya suka dengan wanginya ya saya beli.  Kebetulan saya suka wangi yang tidak terlalu lembut atau terlalu manis.  Beberapa orang yang menyukai wangi White Musk dan Vanilla beruntung sekali, karena TBS masih mengeluarkan wewangian tersebut.  Walaupun yang Vanilla sepertinya tidak masuk ke TBS Indonesia :)

Hahaha...jadi tsurhat pagi-pagi begini. Moga-moga ada pembaca dari The Body Shop yang bisa menyampaikan aspirasi saya ini ke TBS Pusat.... dan mereka pun mengeluarkan kembali wangi-wangi klasik yang saya suka...

sumber : www.fragrantica.com


Oceanus ini dulu segaaaar sekali.  Kalau pakai ini berasa keluar dari lautan, nyaman banget dipakai- nya.  Sayang sekali karena harus discontinue juga...:(

sumber : vixenlady.blogspot.com

Wewangian Vanilla, yang sebelah kiri itu yang lama dan saya dulu beli body mistnya.  Setelah itu sempat discontinue, lalu keluar lagi dengan kemasan baru yang sebelah kanan.  Saya anak lama sih ya, jadi saya lebih suka desain botol yang lama :D.  Lebih klasik dan terlihat elegan, juga lebih besar.  Saya tidak tahu ada perbedaan atau tidak, antara yang lama dan yang baru.

sumber : nie512.blogspot.com

Yang ini, Indian Gardenia EDP.  Dikiit aja disemprotnya, wanginya sudah oke banget.  Wangi rempah-rempah :).  Moga-moga keadaan di lemari sana masih bagus, nanti saya boyong ke sini.  Dulu mau beli ini pakai nabung beberapa bulan, dan beli pada saat diskonan.  Waktu itu EDP lebih mahal daripada EDT, eh...sekarang juga iya sih...

Nah, itu wewangian koleksi saya yang sekarang tidak muncul lagi di outlet TBS manapun. Sedih, tapi yang namanya perubahan dan inovasi harus berjalan terus kan?  Jadi suatu hal yang wajar juga kalau manajemen TBS memutuskan untuk berhenti memproduksi ini.

Thank you for reading and visiting my blog :)