Sabtu, 30 Oktober 2010

Orang yang datang, orang yang pergi

Mungkin anda bertanya-tanya apa maksud judul di atas. Tidak ada maksud lain selain mengingatkan diri sendiri bahwa beberapa orang dengan mudahnya hadir dalam kehidupan kita, dan dengan mudahnya pergi meninggalkan kita.

Hari Sabtu tgl 23 kemarin, saya dan keluarga menghadiri pernikahan seorang keponakan.
Bagi saya sebuah pernikahan adalah awal dimulainya kehidupan baru dengan hadirnya seseorang dalam hidup ini, berlanjut dengan hadirnya manusia baru yaitu buah hati dari pernikahan tersebut (at least itu hasil pengamatan saya, karena saya sendiri belum menikah...^^)

Lanjut dari acara pernikahan tersebut, saya dan keluarga menjenguk bude (kakak bapak) yang terbaring sakit di rumah putranya.
Saat menjenguk beliau, hati saya langsung mencelos. Ya Tuhan, beliau tidak akan lama lagi berada di dunia ini. Hari itu bude saya hanya bisa terbaring di tempat tidur, tanpa tahu siapa lagi yang menjenguknya. Semua orang yang berkunjung hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Seketika itu juga saya berniat, andaikan bude saya meninggal saya harus ikut mengantarkan sampai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Hari Minggu dan Senin saya beraktifitas seperti biasa. Sambil terus mendoakan bude saya. Ya Tuhan, jangan biarkan bude saya menderita terlalu lama. Jika Engkau berkehendak bude saya sembuh, maka tolong sembuhkanlah. Jika Engkau berkehendak bude saya harus pergi meninggalkan kami semua, maka tolong percepatlah prosesnya.

Hari Senin sore saya mendapat kabar bahwa bude saya masuk rumah sakit. Deg...perasaan di hati bertambah tidak enak, pasti harinya sudah semakin dekat.

Hari Selasa pagi, saya sampai di kantor seperti biasa. Ponsel saya berdering, dari ibu. Tidak biasanya ibu saya menelepon sepagi itu. Benarlah...apa yang dirasa tidak enak di hati menjadi kenyataan. Pagi itu, bude saya yang saya sayangi seperti ibu saya sendiri...meninggalkan dunia ini dengan tenang. Dunia saya seperti runtuh, walau tidak membuat saya histeris di kantor. Saya langsung menghubungi bos saya, dan minta cuti.

Hari Selasa siang, kami semua ada di Bandung. Sepupu-sepupu saya tidak mau ibunya dimakamkan di Jakarta, walau mereka berdomisili di Jakarta. Bude saya dimakamkan dekat dengan makam suami dan anak pertamanya. Niat saya tadinya ingin mengantar beliau sampai makam, tapi ternyata dalam Islam perempuan tidak boleh ikut mengantar jenazah ke makam. Jadilah saya hanya berdoa, ya Tuhanku ringankanlah siksa kubur budeku.

Bagi saya sebuah kematian adalah peristiwa di mana seseorang pergi dari kehidupan kita. Tidak akan bisa kembali. Sekuat apapun kita menangis memanggil namanya, sekuat apapun kita berteriak...yang diteriaki tidak akan lagi menoleh ke belakang. Kematian mengingatkan kita bahwa tidak ada yang kekal di dunia. Apa-apa yang menjadi milikNya, akan kembali kepadaNya. Dengan ini saya mencoba lebih ikhlas dan lebih memahami, bahwa suatu hari nanti saya dan keluarga saya juga akan kembali kepadaNya.

Kembali ke awal cerita, seiring dengan perginya seseorang akan datang pula seseorang yang lain. Demikian pula sebaliknya.
Wallahualam. Hanya Dia yang Maha Mengetahui.