Kamis, 29 Mei 2014

[RANDOM] Berita, Versi Cetak atau Digital?

Hellooo...(^o^)/

Jadi ya, waktu kemarin naik kereta itu, sebelum kereta berangkat ada orang yang membagi-bagikan koran nasional. Semua orang dapat, termasuk saya dan suami. Orangnya bilang gratis, nggak bayar. Saya agak heran, hah...gratis? Yang bener? Harga koran nasional ini kan, nggak murah. Kok mau ya, bagi-bagi ke semua penumpang tanpa bayar? Biaya promosinya gile bener nih...

Etapi, setelah ngeliat isi korannya...banyak banget iklannya. Yang iklan baris, iklan produk, iklan layanan masyarakat, seremonial...rasanya hampir iklan-iklan tersebut memenuhi isi korannya. Terus jadi mikir, kalau saya beli koran ini, artinya saya beli iklan yak? Saya jadi inget dulu waktu sering minta dibelikan majalah sama ibuk. Setelah melihat isinya, pasti ibuk nggak mau membelikan saya majalah tersebut. Katanya, majalah isi iklan kok dibeli. Tapi kalau nggak ada iklan, harga koran atau majalahnya pasti akan lebih mahal dari harga yang tertera di halaman depan. Hmmm...



Terus ngobrol sama suami, koran ini rasanya sudah mempunyai oplah yang besar setiap harinya, saya rasa jumlah pelanggannya pun pasti masih banyak, kenapa mereka masih mengadakan promosi seperti ini? Atau jangan-jangan jumlah pelanggan mulai menurun karena berita digital lebih mudah diakses? Atau memang masih mencari pasar di antara calon pelanggan yang diasumsikan berasal dari luar kota Jakarta?

Well, berita versi cetak saat ini memang berhadapan dengan situs berita digital yang jumlahnya semakin banyak. Mau yang lokal atau internasional, semua bisa diakses selama masih ada koneksi internet (dan listrik). Gadgetnya pun tersedia banyak, mau pakai smartphone atau laptop, bisa diatur dan bisa dibaca di mana saja. Hehehe, bahkan sambil poop di toilet pun masih bisa membaca berita terbaru.

Saya sendiri, saat ini tentu lebih memilih untuk mengakses situs berita digital. Kenapa? Pertama, sekalian brosing kalau buka komputer. Kedua, berita digital lebih cepat update meskipun kadang beritanya tidak sedalam versi cetak. Ketiga, bisa melihat reaksi pembaca lain lewat kolom komentar. Hahaha, kadang saya ketawa sendiri ketika membaca komentar ini, ada aja komentarnya. Suami saya juga suka membaca komentar orang lain terhadap suatu berita, katanya dia pengen tahu opini orang-orang, apakah pro atau kontra. Keempat, hehehe...masalah budgeting. Kalau harus langganan versi cetak secara bulanan, tentunya harus ada ekstra uang untuk membayarnya, dan itu tidak murah. Minimal sebulan harus sedia 90ribu, yang akhirnya lebih baik dialokasikan buat bayar koneksi internet.

Yang tidak saya sukai dari versi digital adalah sering berulangnya isi berita yang sama, walaupun judul artikelnya beda. Terutama kalau tema beritanya sama, berasa isinya cuma copy paste dari berita sebelumnya. Apakah situs berita digital selamat dari iklan? Tentu tidak. Iklan tetap ada, meski jumlahnya tidak sebanyak versi cetak. Iklan kan, penopang hidup. Tanpa iklan, keduanya tidak akan bertahan lama. Meskipun begitu, terkadang saya masih mencari yang versi cetak juga. Kadang ada beberapa artikel yang hanya dimuat di versi cetak, dan juga karena saya butuh kertasnya untuk digunakan di kemudian hari (baca : koran bekas).

Teman sendiri, lebih memilih yang mana? Beli (atau numpang baca) versi cetak, atau beli akses internet dan baca versi digital? Hahaha, numpang baca jelas lebih enak. Yang pasti, keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Yang mana yang lebih enak saja, ya kan? Please, share your mind but don't spam and don't be anonymous.



Have a great day~

Salam,
Dina



1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca cerita ini.
Sila berkomentar tentang tulisan saya di sini. Saya lebih menghargai jika komentar yang diberikan sesuai dengan isi posting blog dan tidak ANONIM. Kalau ada alamat blog, cantumkan saja nanti saya main ke sana :)