Selasa, 12 Agustus 2014

[JALAN-JALAN] Hari 1 : Semarang - Boyolali - Solo - Sawangan - Magetan - Ponorogo

Note : maaf kalau lemot, banyak foto

Hellooo...\( ˆoˆ)/\(ˆoˆ )/

Liburan lebaran tahun ini lumayan panjang kan ya? Seminggu, hahaha...kalau ngendon aja di rumah bisa lumutan dan jamuran kayaknya. Maka dari itu, dari 3 bulan sebelum liburan lebaran bapak mertua saya bilang sama suami, buat rencana jalan-jalan deh. Bapak kan udah lama nggak bepergian bareng suami, sekalian ajak saya muter-muter gitu. Akhirnya kita bikin rencana buat ngider ke Jawa Timur. Saya sih, seneng-seneng aja...karena sampai kemarin ke Jawa Timur itu hanya main di Surabaya dan Probolinggo saja, belum pernah ke kota atau kabupaten lain. Berhubung perjalanannya cukup panjang dan tentu saja harus menginap di beberapa kota, sejak 2 bulan sebelumnya kami sudah memesan kamar hotel via Agoda. Milih hotelnya berdasar review di Agoda saja, moga-moga nggak mengecewakan ~

Kami mulai jalan di hari kedua lebaran. Berangkat pagi-pagi dari rumah, jam 05.30 kalau nggak salah. Hihihi, mengurangi resiko terkena macet. Kalau berangkatnya lebih siang, biasanya akan kena macet. Pergi jalan sama bapak itu, artinya sekalian sambil cari makan enak yang banyak direkomendasi orang-orang di internet. Hahaha...udah disiapkan daftarnya di GPS beliau, di kota apa mau mampir ke mana aja. 


Dari Semarang ke Boyolali, dengan harapan bisa sarapan di Soto Sedap Boyolali. Etapi ternyata ya bok...semua penuh. Kalau nggak salah ada 2 - 3 kedainya gitu, dan semua mengantri. Namanya juga baru hari kedua, orang lagi bosen-bosennya makan masakan lebaran dan pengen cari yang seger-seger kali ya. Akhirnya Soto Sedap lewat, nggak jadi. Lanjut jalan ke kota Solo, coba- coba cari timlo. Ternyata sama aja, belum ada warung timlo yang buka. Hauuu...di kota Solo terpaksa muter-muter nggak jelas karena banyak jalan yang diubah sementara sama pak polisi. Nggak jadi lagi makan timlo. Hihihi, lanjut jalan ~

Mampir ke telaga Sarangan masuk dalam agenda perjalanan kami. Ceritanya saya pengen nostalgia, dulu waktu SMP pernah mampir ke Sarangan sama keluarga. Jadi pengen tahu, kayak apa sih telaga Sarangan sekarang. Dari kota Solo menuju ke Tawangmangu, dan saya...sekali lagi terpesona dengan pemandangan alamnya. Cantiiiik ~








Sampai di Telaga Sarangan, alamaaak...penuh dengan orang dan kendaraan. Sampai harus parkir di sebuah lapangan yang jaraknya masih jauh dari telaga. Sampai di area tempat wisata, langsung masuk rumah makan (namanya lupa...) lalu pesan nasi goreng dan minuman hangat. Hahaha, rasa nasi gorengnya biasa tapi mungkin karena saya lapar, jadi berasa enak banget. Habis makan, baru jalan lagi ke area telaga dan sekarang memang udah beda banget sama dulu ya.

Dulu itu telaga Sarangan masih sepi, vila-vilanya tidak sebanyak sekarang, demikian juga dengan para pedagangnya. Sudah ada wisata keliling telaga dengan menggunakan speedboat, tapi sekarang kayaknya makin banyak operatornya. Hahaha, hilang sudah bayangan saya tentang telaga Sawangan yang tenang, ya kan liburan...jadi pasti banyak wisatawan doong ~ Bapak menawari saya untuk naik speedboat, karena adik ipar perempuan saya juga seneng banget naik itu. Waduuu, saya nggak mau karena takut jatuh dari boat...saya nggak bisa berenang XD.

Saking ramainya, saya nggak bisa cerita banyak. Saya kasih foto-foto saja ya.











Deretan villa feat. kabel listrik

Parkir penuuuh ~

Puas melihat pemandangan dan memperhatikan pengunjung di telaga Sarangan, kami melanjutkan perjalanan menuju Magetan dan lanjut ke Ponorogo. Target di kota Ponorogo adalah melihat pertunjukan reog makan sate ayam Ponorogo yang terkenal itu. Dari hasil pencarian di internet, yang paling terkenal adalah sate ayam Pak H Tukri Sobikun. Kali ini karena penasaran, kita mau mencoba cabang yang ada di Kampung Sate.


Kenapa disebut Kampung Sate? Hmmm...karena memang begitu masuk ke Jalan Lawu itu, isinya warung-warung sate ayam. Cuma sayangnya, nggak semua warung ramai oleh pengunjung. Yang ramai hanya warungnya pak Tukri Sobikun itu. Padahal ada juga warung yang memakai nama "putra pak Tukri Sobikun", tetap saja...sepi ~. Warungnya pak Tukri Sobikun agak masuk ke dalam lagi, sekitar 200 m dari gerbang di foto atas.



Saking ramainya, pesan sate pun sampai harus ngantri ke belakang dan bilang sama mbaknya. Biasanya bisa langsung pesan ke pelayan yang bertugas mengantar pesanan, tapi karena lebaran...mungkin pelayannya juga belum masuk semua sementara pesanan menumpuk. Semua terkonsentrasi di bagian dapur dan nggak ada yang bertugas melayani pesanan makan di tempat. Akhirnya setelah pesan 5 porsi (isi per porsi adalah 5 tusuk sate dan beberapa iris lontong), kami pun menunggu di meja. Hahaha...sudah harus menunggu masih ditambah harus membersihkan meja sendiri T_T. Ya sudahlah...

Pesanan sate ayam pun datang, dan mari makan sate ayam Ponorogo (sejenak melupakan larangan makan kacang tanah dan produk turunannya).


Well, sate ayam Ponorogo ini enak tapi bukan menjadi pilihan yang pertama buat saya. Not my cup of tea. Buat saya, saus kacangnya terlalu kental, yang kalau kebanyakan malah bikin eneg. Daging satenya juga agak keras, padahal sate ayam atau mungkin karena irisannya terlalu besar ya? Terus mungkin karena masih dalam suasana Lebaran, di mana harga yang mahal menjadi wajar...buat saya, seporsi sate lontong seharga IDR13,000 di kota Ponorogo ya memang mahal. Harga normalnya nggak tahu, kali...ada rejeki bisa main lagi ke Ponorogo di hari biasa dan makan sate ayam.

Habis makan sate, tadinya mau putar-putar dulu di Kota Ponorogo tapi tiba-tiba saya pengen ke toilet. Akhirnya nggak jadi keliling, melainkan langsung check-in ke hotel Maesa Ponorogo yang sudah dipesan lewat Agoda. Hotel Maesa ada di tengah kota Ponorogo, tepatnya di Jl KH. Achmad Dahlan. Merupakan sebuah hotel bisnis yang tidak terlalu besar (cuma 2 lantai) tapi karena di tengah kota, hari itu tamunya banyak dan penuh. Untung udah booking duluan.

Fasilitas kamar hotel standar dan lengkap, demikian juga dengan kamar mandinya. Ini foto kamar hotelnya. Foto kamar mandi nggak usah ya. Hihihi, karena cuma ada shower, toilet duduk, wastafel, handuk, dan toiletries kit.


Walau hanya menginap semalam, saya cukup terkesan dengan hotel ini karena suasananya enak. Hotelnya rapih. Sayangnya saya nggak sempat mencicip masakan sang koki. Malam itu habis mandi langsung tepar dan nggak makan malam lagi. Besoknya juga langsung check-out jam 5 pagi karena menghindari macet di siang hari. Lain waktu bisa kembali ke sini lagi. Semoga ~

Tunggu cerita berikutnya ya, perjalanan hari kedua menuju ke Pegunungan Bromo-Tengger. Have a great day ~.

Salam,
Dina


1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca cerita ini.
Sila berkomentar tentang tulisan saya di sini. Saya lebih menghargai jika komentar yang diberikan sesuai dengan isi posting blog dan tidak ANONIM. Kalau ada alamat blog, cantumkan saja nanti saya main ke sana :)