Hellooo...\( ˆoˆ)/\(ˆoˆ )/
Apa kabaaar? Pasti teman semua sudah kembali ke kesibukan masing-masing ya? Atau masih ada yang masih menikmati liburannya? Hihihi, siapa tahu...ada yang harus masuk kerja ketika libur lebaran kemarin, dan sekarang baru dapat giliran libur. Apapun itu, selamat menikmati apa yang sudah diberikan kepada kita.
Bicara tentang menikmati, jadi ingat perjalanan saya pulang ke dan balik dari kampung, di mana tahun ini rasanya adalah perjalanan mudik dan balik yang makan waktu lebih lama dari tahun-tahun yang lalu. Mungkin karena libur lebaran kali ini waktunya cukup lama, banyak orang yang memilih untuk jalan-jalan ke luar kota dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan yang keluar Jakarta lebih banyak, ditambah dengan kondisi jalur pantai utara (Pantura) yang sempat terputus dengan amblesnya jembatan di kali Comal, kabupaten Pemalang. Lengkap sudah...dan akhirnya, mari menikmati perjalanan menuju kampung halaman dan sebaliknya.
Tangerang - Semarang, 20 Jam
Tangerang - Semarang, 20 Jam
Saya dan suami jalan ke Semarang hari Jumat, tanggal 25 Juli 2014 jam 6 pagi. Bekal makanan dan minuman untuk perjalanan sudah disiapkan, meskipun kami berdua memilih tetap berpuasa pada hari itu. Selain logistik, kami juga membawa peralatan bengkel dan persediaan bahan bakar buat mobil. Nggak ada yang tahu akan ada kejadian apa selama perjalanan, lebih baik disiapkan sebelum berangkat. Juga yang nggak boleh ketinggalan adalah peta manual dan aplikasi peta dengan GPS di handphone.
Perjalanan lancar sampai dengan tol dalam kota ruas Cawang, dan mulai agak tersendat ketika memasuki ruas Cikampek. Kendaraan cukup padat waktu itu, dan untungnya meskipun padat tidak sampai terjadi antrian yang panjang. Paling-paling antri ketika harus mengambil tiket di gerbang tol Cikarang Utama (eh, bener nggak ya...agak lupa XD). Terus, infonya di gerbang tol Cikopo itu antrinya udah panjang banget. Biasanya kalau sudah begitu, arus kendaraan akan dialihkan ke ruas tol Cipularang untuk kemudian keluar di gerbang tol Sadang lalu menuju Subang. Tahun lalu, kami mengambil jalur tersebut. Lancar sih, tapi jarak tempuhnya jadi cukup jauh karena harus memutar. Waktu tempuhnya jadi 3 - 4 jam lebih lama dibandingkan jika keluar di gerbang tol Cikopo dilanjutkan jalur Pantura. Nah, tahun ini karena ada info jalur Sadang - Subang juga mengalami kemacetan kami memutuskan tidak mengambil jalur tersebut, dan tetap menggunakan jalur Pantura tapi tidak keluar dari gerbang tol Cikopo.
Kami keluar jalan tol di gerbang Karawang Timur. Dari situ bisa langsung masuk ke jalur Pantura di kota Karawang menuju ke Klari. Hahaha, ternyata di jalur tersebut sudah mengalami macet yang luar biasa. Nggak ada celah buat masuk ke jalan karena semua putaran sudah diblokir dan keadaan jalan sudah padat dengan kendaraan. Waduuu...lewat mana ini? Cek peta manual, bandingkan dengan peta GPS...kayaknya ada jalan alternatif nih. Saya bilang sama suami, ada jalan nih...bisa langsung tembus ke daerah Ciasem di Pantura. Suami saya agak ragu, karena khawatir dengan keadaan dan kelas jalannya, apakah bisa dilewati oleh mobil atau tidak. Saya pede banget, ayo dicoba...kalau nggak dilihat, mana bisa tahu bisa dilewati atau nggak. Haaa...ternyata jalur tersebut adalah jalur alternatif untuk motor, dan untungnya mobil masih bisa lewat, bahkan jika harus berpapasan.
Nggak kebayang ya? Hihihi, maafkan... Ini saya kasih petanya.
Yang saya lewati adalah jalur berwarna biru di peta, dari Karawang menuju Wadas lalu ke Jatisari. Tadinya mau coba ke Ciasem, tapi ketika lihat di peta GPS jaraknya jauh sekali. Sepertiga perjalanan lancar, lalu tiba-tiba berhenti total. Bergerak maju sedikit demi sedikit, beberapa mobil mulai mengambil jalur kanan. Iseng daripada bengong, saya turun dari mobil dan jalan kaki, pengen tahu ujung macetnya sampai mana sih? Udah jalan jauh, ujung macetnya belum kelihatan juga. Tanya sama ibu warung, di depan ada pasar makanya jadi macet. Maju lagi, dan tiba-tiba saja kemacetan berkurang...ternyata pak polisinya baru selesai mengatur keadaan lalu lintas di pasar. Yuk, jalan lagi...
Habis itu tiba-tiba macet lagi. Waaa...ada apa lagi nih? Kali ini saya nggak jalan kaki penasaran, karena udara di luar panas banget. Sabar aja nunggu di dalam mobil yang maju pelan-pelan. Antrian kali ini hampir 2 jam, dan ternyata penyebabnya adalah...ada mobil yang mogok dan terpaksa parkir di sisi kanan jalan, ditambah dengan adanya truk agak besar di arah yang berlawanan. Cuma bisa bilang, oalaaaaah...ada mobil mogok. Mengingat lagi puasa, bilangnya nggak pakai misuh-misuh takut kejadian yang sama menimpa mobil kami. Setelah lewat dari drama persimpangan itu, jalanan lancar jaya. Mampir masjid untuk sholat Jumat sekaligus Ashar, dan lanjut bergerak menuju Jatisari.
Sampai di pertigaan Jatisari, yang menunggu adalah antrian kendaraan di jalur Pantura. Kata suami, the battle is starting. Baiklah, mari ikut mengantri. Untungnya nggak sampai berhenti total. Bisalah, beberapa kali lancar jaya walaupun nggak lama. Hampir Maghrib ketika akhirnya kami berhasil mencapai Palimanan dan masuk ke jalan tol Palimanan - Kanci. Pengennya istirahat sambil berbuka puasa di rest area, tapi penuh banget dan nggak ada tempat parkir. Akhirnya jalan terus dan buka puasa sambil jalan. Suami sengaja keluar di gerbang tol Kanci, karena kalau lanjut ke gerbang tol Pejagan kayaknya bakalan kena macet.
Keluar gerbang tol Kanci, istirahat sebentar di SPBU lanjut lagi menuju perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah. Lancar? Nggak juga. Lagi-lagi kami harus mengantri. Saya sudah membawa bekal nasi sama lauknya, jadi nggak pusing harus berhenti cari makan di restoran, yang pastinya masih ditambah harus menunggu. Jadi sambil menikmati kemacetan di jalur Pantura Jawa Tengah, kami bersyukur masih bisa ngantri sambil makan malam. Masuk kota Tegal pun masih dalam keadaan mengantri dan jalan pelan-pelan. Bener-bener deh, santai dan nikmati saja perjalanan ini ~. Habis itu kantuk menyerang, di SPBU yang terkenal dengan banyaknya toilet, kami pun parkir dan memutuskan untuk istirahat. Kami berdua tidur...dur, nggak denger apa-apa saking ngantuknya. Mulai tidur kayaknya jam 9 malem, dan tiba-tiba kebangun udah jam 10 lewat. Selesai ke toilet, beli teh panas, dan isi bahan bakar...kami melanjutkan perjalanan.
Menjelang jembatan kali Comal, kami harus mengantri lagi. Antriannya tidak terlalu panjang karena hanya kendaraan kecil yang boleh lewat. Sampai di sini, saya antara sadar dan tidak karena masih ngantuk berat. Sebenernya kasihan suami kalau saya tidur, nggak ada yang nemenin melek. Jadi ya begitulah, saya tidur-tidur ayam. Yang saya ingat, masuk kota Pekalongan itu sudah jam 12. Langsung lanjut ke Semarang, karena setelah Pekalongan jalanan sudah lancar jaya. Alhamdulillah, sampai rumah Semarang jam 02.30 hari Sabtu tanggal 26 Juli. Bapak sudah bangun karena mau sahur, akhirnya kita ikutan makan sahur juga.
Komentar :
Ini perjalanan mudik saya yang paling lama. Setelah 3 tahun menikah, mudik ke Semarang belum pernah selama ini. Paling lama itu 14 - 15 jam, di mana biasanya adalah 12 jam. Lebaran, semua menjadi lebih lama dan banyak dari biasanya.
Yang mudik menggunakan motor rasanya semakin banyak, padahal sudah dihimbau agar menggunakan kendaraan umum terutama yang mengajak anak kecil. Manalah mau pakai kendaraan umum, di kota tujuan nanti susah kalau mau pergi-pergi.
Yang menyediakan tempat istirahat dan wc umum semakin banyak, karena SPBU yang ada di sepanjang jalur Pantura sepertinya mulai kewalahan menghadapi serbuan motor dan mobil yang mau pulang kampung.
Buat pak polisi, sepertinya tahun ini cukup merepotkan ya. Semoga tahun depan lebih baik lagi.
Tahun depan, enaknya bagaimana ya ~
Itu cerita mudik saya. Cerita liburan menyusul, saya usahakan. Terima kasih sudah main ke sini. Have a great day ~
Salam,
Dina
Perjalanan lancar sampai dengan tol dalam kota ruas Cawang, dan mulai agak tersendat ketika memasuki ruas Cikampek. Kendaraan cukup padat waktu itu, dan untungnya meskipun padat tidak sampai terjadi antrian yang panjang. Paling-paling antri ketika harus mengambil tiket di gerbang tol Cikarang Utama (eh, bener nggak ya...agak lupa XD). Terus, infonya di gerbang tol Cikopo itu antrinya udah panjang banget. Biasanya kalau sudah begitu, arus kendaraan akan dialihkan ke ruas tol Cipularang untuk kemudian keluar di gerbang tol Sadang lalu menuju Subang. Tahun lalu, kami mengambil jalur tersebut. Lancar sih, tapi jarak tempuhnya jadi cukup jauh karena harus memutar. Waktu tempuhnya jadi 3 - 4 jam lebih lama dibandingkan jika keluar di gerbang tol Cikopo dilanjutkan jalur Pantura. Nah, tahun ini karena ada info jalur Sadang - Subang juga mengalami kemacetan kami memutuskan tidak mengambil jalur tersebut, dan tetap menggunakan jalur Pantura tapi tidak keluar dari gerbang tol Cikopo.
Kami keluar jalan tol di gerbang Karawang Timur. Dari situ bisa langsung masuk ke jalur Pantura di kota Karawang menuju ke Klari. Hahaha, ternyata di jalur tersebut sudah mengalami macet yang luar biasa. Nggak ada celah buat masuk ke jalan karena semua putaran sudah diblokir dan keadaan jalan sudah padat dengan kendaraan. Waduuu...lewat mana ini? Cek peta manual, bandingkan dengan peta GPS...kayaknya ada jalan alternatif nih. Saya bilang sama suami, ada jalan nih...bisa langsung tembus ke daerah Ciasem di Pantura. Suami saya agak ragu, karena khawatir dengan keadaan dan kelas jalannya, apakah bisa dilewati oleh mobil atau tidak. Saya pede banget, ayo dicoba...kalau nggak dilihat, mana bisa tahu bisa dilewati atau nggak. Haaa...ternyata jalur tersebut adalah jalur alternatif untuk motor, dan untungnya mobil masih bisa lewat, bahkan jika harus berpapasan.
Nggak kebayang ya? Hihihi, maafkan... Ini saya kasih petanya.
Yang saya lewati adalah jalur berwarna biru di peta, dari Karawang menuju Wadas lalu ke Jatisari. Tadinya mau coba ke Ciasem, tapi ketika lihat di peta GPS jaraknya jauh sekali. Sepertiga perjalanan lancar, lalu tiba-tiba berhenti total. Bergerak maju sedikit demi sedikit, beberapa mobil mulai mengambil jalur kanan. Iseng daripada bengong, saya turun dari mobil dan jalan kaki, pengen tahu ujung macetnya sampai mana sih? Udah jalan jauh, ujung macetnya belum kelihatan juga. Tanya sama ibu warung, di depan ada pasar makanya jadi macet. Maju lagi, dan tiba-tiba saja kemacetan berkurang...ternyata pak polisinya baru selesai mengatur keadaan lalu lintas di pasar. Yuk, jalan lagi...
Habis itu tiba-tiba macet lagi. Waaa...ada apa lagi nih? Kali ini saya nggak jalan kaki penasaran, karena udara di luar panas banget. Sabar aja nunggu di dalam mobil yang maju pelan-pelan. Antrian kali ini hampir 2 jam, dan ternyata penyebabnya adalah...ada mobil yang mogok dan terpaksa parkir di sisi kanan jalan, ditambah dengan adanya truk agak besar di arah yang berlawanan. Cuma bisa bilang, oalaaaaah...ada mobil mogok. Mengingat lagi puasa, bilangnya nggak pakai misuh-misuh takut kejadian yang sama menimpa mobil kami. Setelah lewat dari drama persimpangan itu, jalanan lancar jaya. Mampir masjid untuk sholat Jumat sekaligus Ashar, dan lanjut bergerak menuju Jatisari.
Sampai di pertigaan Jatisari, yang menunggu adalah antrian kendaraan di jalur Pantura. Kata suami, the battle is starting. Baiklah, mari ikut mengantri. Untungnya nggak sampai berhenti total. Bisalah, beberapa kali lancar jaya walaupun nggak lama. Hampir Maghrib ketika akhirnya kami berhasil mencapai Palimanan dan masuk ke jalan tol Palimanan - Kanci. Pengennya istirahat sambil berbuka puasa di rest area, tapi penuh banget dan nggak ada tempat parkir. Akhirnya jalan terus dan buka puasa sambil jalan. Suami sengaja keluar di gerbang tol Kanci, karena kalau lanjut ke gerbang tol Pejagan kayaknya bakalan kena macet.
Keluar gerbang tol Kanci, istirahat sebentar di SPBU lanjut lagi menuju perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah. Lancar? Nggak juga. Lagi-lagi kami harus mengantri. Saya sudah membawa bekal nasi sama lauknya, jadi nggak pusing harus berhenti cari makan di restoran, yang pastinya masih ditambah harus menunggu. Jadi sambil menikmati kemacetan di jalur Pantura Jawa Tengah, kami bersyukur masih bisa ngantri sambil makan malam. Masuk kota Tegal pun masih dalam keadaan mengantri dan jalan pelan-pelan. Bener-bener deh, santai dan nikmati saja perjalanan ini ~. Habis itu kantuk menyerang, di SPBU yang terkenal dengan banyaknya toilet, kami pun parkir dan memutuskan untuk istirahat. Kami berdua tidur...dur, nggak denger apa-apa saking ngantuknya. Mulai tidur kayaknya jam 9 malem, dan tiba-tiba kebangun udah jam 10 lewat. Selesai ke toilet, beli teh panas, dan isi bahan bakar...kami melanjutkan perjalanan.
Menjelang jembatan kali Comal, kami harus mengantri lagi. Antriannya tidak terlalu panjang karena hanya kendaraan kecil yang boleh lewat. Sampai di sini, saya antara sadar dan tidak karena masih ngantuk berat. Sebenernya kasihan suami kalau saya tidur, nggak ada yang nemenin melek. Jadi ya begitulah, saya tidur-tidur ayam. Yang saya ingat, masuk kota Pekalongan itu sudah jam 12. Langsung lanjut ke Semarang, karena setelah Pekalongan jalanan sudah lancar jaya. Alhamdulillah, sampai rumah Semarang jam 02.30 hari Sabtu tanggal 26 Juli. Bapak sudah bangun karena mau sahur, akhirnya kita ikutan makan sahur juga.
Komentar :
Ini perjalanan mudik saya yang paling lama. Setelah 3 tahun menikah, mudik ke Semarang belum pernah selama ini. Paling lama itu 14 - 15 jam, di mana biasanya adalah 12 jam. Lebaran, semua menjadi lebih lama dan banyak dari biasanya.
Yang mudik menggunakan motor rasanya semakin banyak, padahal sudah dihimbau agar menggunakan kendaraan umum terutama yang mengajak anak kecil. Manalah mau pakai kendaraan umum, di kota tujuan nanti susah kalau mau pergi-pergi.
Yang menyediakan tempat istirahat dan wc umum semakin banyak, karena SPBU yang ada di sepanjang jalur Pantura sepertinya mulai kewalahan menghadapi serbuan motor dan mobil yang mau pulang kampung.
Buat pak polisi, sepertinya tahun ini cukup merepotkan ya. Semoga tahun depan lebih baik lagi.
Tahun depan, enaknya bagaimana ya ~
Itu cerita mudik saya. Cerita liburan menyusul, saya usahakan. Terima kasih sudah main ke sini. Have a great day ~
Salam,
Dina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca cerita ini.
Sila berkomentar tentang tulisan saya di sini. Saya lebih menghargai jika komentar yang diberikan sesuai dengan isi posting blog dan tidak ANONIM. Kalau ada alamat blog, cantumkan saja nanti saya main ke sana :)