Hallooo...(^o^)/
Apa kabarnya semua? Semoga sehat-sehat ya...
Akhirnya, saya posting cerita lagi. Yeaaaay....*tabur confetti*. Ada keriaan apa di akhir pekan ini? Saya, hari Sabtu kemarin tepar dengan sukses, karena tertular pilek dan batuk dari suamik. Iya, suamik pas malam tahun baru itu panas, pilek, dan batuk. Biasanya saya cukup kuat dan tidak tertular, etapi kemarin...mungkin karena kondisi badan juga nggak fit, akhirnya ikut merasakan walaupun nggak pakai panas. Alhamdulillah, sekarang sudah mendingan.
Seperti biasa, di hari Minggu saya akan berbagi cerita tentang komik yang sudah saya baca. Kali ini sebuah komik berjudul Tada, Kimi wo Aishiteru menjadi pilihan saya. Ada yang sudah pernah menonton filmnya? Saya malah belum. Pernah baca reviewnya, ternyata film ini sedih. Lalu baca komentar di GoodDrama, whooaaa...banyak yang menangis. Nggak jadi dulu deh. Terus browsing di MangaHere, ketemu judul ini. Akhirnya malah baca versi komiknya dulu, dan ternyataaa....tetap berurai air mata di akhir cerita T_T.
Katanya sedih, kenapa masih dibaca? Karena komik ini digambar oleh mangaka favorit saya, Yoshino Aki-sensei. Artwork beliau ini semua bagus, dan hampir semua karyanya saya koleksi (baca : save-as di laptop). Makanya walau sedih, saya baca juga. Digambar berdasarkan cerita novel dengan judul yang sama, karangan Ichikawa Takuji-sensei. Bergenre : josei, romance, school life, tragedy.
Cerita dimulai dengan pertemuan Segawa Makoto dan Satonaka Shizuru di upacara penerimaan mahasiswa baru universitas, di musim semi Makoto yang ke 18. Makoto yang lebih suka menghindari keramaian, melihat seorang gadis yang bertubuh mungil hendak menyeberangi jalan raya, dan berusaha meminta jalan dengan mengangkat tangan kanannya. Dalam hati Makoto berpikir, masih adakah yang menyeberang jalan dengan cara seperti itu, padahal ada tempat penyeberangan yang dilengkapi dengan tombol untuk menghentikan kendaraan. Makoto terkejut karena gadis mungil itu mahasiswa baru juga, dan tidak menghadiri upacara karena terlambat. Tertarik dengan pembawaan gadis mungil itu, Makoto pun memotretnya.
Seperti biasa, di hari Minggu saya akan berbagi cerita tentang komik yang sudah saya baca. Kali ini sebuah komik berjudul Tada, Kimi wo Aishiteru menjadi pilihan saya. Ada yang sudah pernah menonton filmnya? Saya malah belum. Pernah baca reviewnya, ternyata film ini sedih. Lalu baca komentar di GoodDrama, whooaaa...banyak yang menangis. Nggak jadi dulu deh. Terus browsing di MangaHere, ketemu judul ini. Akhirnya malah baca versi komiknya dulu, dan ternyataaa....tetap berurai air mata di akhir cerita T_T.
Katanya sedih, kenapa masih dibaca? Karena komik ini digambar oleh mangaka favorit saya, Yoshino Aki-sensei. Artwork beliau ini semua bagus, dan hampir semua karyanya saya koleksi (baca : save-as di laptop). Makanya walau sedih, saya baca juga. Digambar berdasarkan cerita novel dengan judul yang sama, karangan Ichikawa Takuji-sensei. Bergenre : josei, romance, school life, tragedy.
Cerita dimulai dengan pertemuan Segawa Makoto dan Satonaka Shizuru di upacara penerimaan mahasiswa baru universitas, di musim semi Makoto yang ke 18. Makoto yang lebih suka menghindari keramaian, melihat seorang gadis yang bertubuh mungil hendak menyeberangi jalan raya, dan berusaha meminta jalan dengan mengangkat tangan kanannya. Dalam hati Makoto berpikir, masih adakah yang menyeberang jalan dengan cara seperti itu, padahal ada tempat penyeberangan yang dilengkapi dengan tombol untuk menghentikan kendaraan. Makoto terkejut karena gadis mungil itu mahasiswa baru juga, dan tidak menghadiri upacara karena terlambat. Tertarik dengan pembawaan gadis mungil itu, Makoto pun memotretnya.
Perkuliahan pun dimulai dan beberapa waktu berlalu, Makoto mulai menyukai teman kuliahnya yang bernama Toyama Miyuki. Lalu Makoto bertemu kembali dengan Shizuru di kantin ketika makan siang. Mereka pun berkenalan dengan resmi. Ternyata Shizuru mengambil jurusan sastra Prancis, dan Makoto mengambil jurusan sastra Inggris. Shizuru bertanya kepada Makoto, apakah dia mengambil gambar dirinya ketika menyeberang jalan? Makoto menjawab iya, dan bertanya apakah Shizuru keberatan? Shizuru menjawab tidak, dan berkata bahwa hal itu menarik sekali. Saat Shizuru mengeluarkan bekal makannya, Makoto heran dengan menu makan siang Shizuru yang hanya berupa biskuit.
Shizuru dan Makoto akhirnya berteman, dan sering menghabiskan waktu bersama. Shizuru mengajak Makoto ke sebuah hutan dekat universitas yang dianggapnya sebagai surga. Di sana Makoto terpesona dengan tempat itu, dan menghabiskan film di kameranya dengan mengambil banyak gambar.
Lama kelamaan Shizuru mulai menyukai Makoto, tetapi Makoto hanya menganggapnya sebagai seorang teman. Makoto masih menyukai Miyuki dan selalu memilih kelas yang sama dengannya. Di kantin, pernyataan Makoto yang menganggap Shizuru hanya sebagai teman membuatnya sedih dan marah. Marah karena Makoto yang menganggapnya sebagai teman, tidak membelanya ketika teman-teman Makoto tidak sengaja meledeknya.
Shizuru pun menangis, dan Makoto yang tidak tahu harus berbuat apa hanya diam dan akhirnya memeluk Shizuru. Makoto hanya berpikir, dia tidak bisa meninggalkan Shizuru begitu saja. Yak...sampai di sini, saya mulai merasa nggak enak karena udah berasa hawa sedihnya.
Sesudah puas menangis, Shizuru berkata akan mempelajari fotografi dan meminta Makoto untuk mengajarinya. Makoto dengan senang hati memenuhi permintaan Shizuru karena Makoto begitu mencintai dunia fotografi. Setelah itu, Makoto yang terus mendekati Miyuki, selalu digoda Shizuru dengan mengatakan bahwa Shizuru juga akan tumbuh menjadi wanita yang cantik dan Makoto akan menyesal karena tidak memilihnya. Makoto hanya tertegun tidak mengerti dengan hal tersebut.
Hingga suatu hari Shizuru meminta kepada Makoto, untuk mengambil gambar mereka berdua sedang berciuman di hutan rahasia. Makoto pun mengiyakan permintaan tersebut. Ketika sedang menyiapkan kamera, Makoto menyadari bahwa tinggi Shizuru semakin bertambah dan menanyakannya. Shizuku hanya menjawab bahwa dia pernah mengatakan kepada Makoto bahwa dia akan tumbuh menjadi gadis cantik. Ketika Shizuru membuka kacamatanya, Makoto semakin tertegun karena yang ada di hadapannya sekarang adalah Shizuru yang berbeda dari yang dikenalnya. Saya pun semakin deg-degan...
Daaaan, mereka pun berciuman, sambil berfoto tentunya...
Ketika berciuman, Makoto mulai merasakan ada hal yang lain dengan Shizuru, dia merasa hatinya memanggil Shizuru. Setelah selesai mengambil gambar, Shizuru meminta Makoto untuk kembali lebih dulu ke kampus sementara Shizuru akan tinggal lebih lama di hutan itu. Makoto mengatakan sampai bertemu nanti malam untuk merayakan hari ulang tahun Shizuru dan keikutsertaan Shizuru di kontes foto. Shizuru hanya tersenyum mengiyakan.
Ternyata, Shizuru secara mendadak pergi meninggalkan kampus dan tidak pernah terdengar lagi kabar beritanya. Makoto yang mulai merasakan perasaan cinta terhadap Shizuru pun patah hati, dan meminta Miyuki untuk tidak lagi dekat dengannya. Makoto berkata dia akan terus menunggu sampai Shizuru pulang. Hingga 2 tahun berlalu, dan suatu hari Makoto menerima surat dari Shizuru yang memintanya untuk datang ke New York, karena Shizuru akan mengadakan pameran foto perdananya di sana.
Sesampainya di New York, yang menemui Makoto adalah Miyuki. Dikatakan bahwa Shizuru sedang ada pekerjaan di Los Angeles, dan Miyuki meminta Makoto untuk menunggunya di apartemen Miyuki. Ketika sedang menunggu, telepon di apartemen Miyuki berbunyi dan mesin penjawab pun merekam pesan yang masuk. Ternyata pesan tersebut dari ayah Shizuru, yang mengucapkan terima kasih kepada Miyuki yang sudah membantu mengurus abu jenazah Shizuru. Ya, Shizuru sudah meninggal dan saya pun menitikkan air mata...
Miyuki yang tiba di apartemen menemukan Makoto yang terpuruk, dan akhirnya sadar kalau Makoto sudah mengetahui semuanya. Miyuki pun bercerita bahwa Shizuru menderita penyakit yang diwarisi dari ibunya. Penyakit itu bisa ditekan dengan diet makanan yang ketat, makanya selama ini Shizuru hanya bisa makan biskuit dan mengakibatkan pertumbuhan badannya terhambat. Shizuru yang jatuh cinta dengan Makoto, melupakan dietnya dan makan lebih banyak supaya badannya bertumbuh, yang berakibat pada semakin cepat penyakit tersebut berkembang di tubuhnya.
Makoto pun menyalahkan dirinya atas hal ini, tapi Miyuki mengatakan Makoto tidak bersalah karena itu adalah pilihan Shizuru untuk tumbuh dewasa. Miyuki pun meminta Makoto untuk melihat pameran foto Shizuru, melihat bagaimana dia bertumbuh dan berkembang, melihat tahun demi tahun yang dilewatinya dengan penuh kebahagiaan, yang merupakan permintaan terakhir Shizuru. Makoto pun pergi ke galeri dan melihat hasil karya Shizuru yang menakjubkan.
Sampai di sini, saya menangis T_T.
Ini baru baca komiknya, entah nanti kalau saya menonton dramanya. Biar lebih seru, lebih baik baca sendiri komik ini. Untuk membaca komiknya secara lengkap bisa main ke MangaHere. Saya pengin save-as komik ini, tapi kok belum sanggup baca ulang. Mungkin ada yang punya info, kalau komik ini pernah diterbitkan di Indonesia? Seingat saya, penerbit resmi (Elex, Level, atau MnC) belum pernah menerbitkannya. Atau saya melewatinya? Sharing ya....siapa tahu saya bisa mendapatkan fisiknya.
*mengusap air mata*
Salam,
Dina
hiyahh si mbak awal taun kasih review komik sedih...hiks..
BalasHapushahhaha
tapi kayanya seru niih
oiya mbak kalau mau save as komik di mangaHere itu berbayar gak?
wah kalau ada komik versi Indonya pasti lebih berasa sedihnya, agak2 malas baca versi english-nya, bikin pening siapin kamus di sebelah.......wokwokwok.
di tunggu review komik lainnya ya mbak....
Hahahaha...maaf...maaf...
HapusBukan bermaksud berbagi cerita sedih, tapi karena saya benar-benar suka dengan gambar karya Yoshino Aki.
Save-as nggak bayar, cuma bayar koneksi internet saja. Kalau pakai modem dengan koneksi telepon seluler ya makan quota :). Cukup klik kanan mouse lalu save image as saja...
Iya, moga-moga ada yang menerbitkan edisi Indonesia, buat koleksi.
Jangan pusing baca terjemahan bahasa Inggris laaa....untuk belajar bahasa Inggris lumayan lhooo...:)
Lah saya nonton film sampai menagis
BalasHapus