Masih meneruskan cerita tentang hari raya Idul Adha, kali ini yang versi resmi pemerintah Indonesia. Pastinya kebanyakan umat Muslim di Indonesia melakukan sholat ied dan menyembelih qurban pada hari ini.
Hari ini status teman-teman di FB kebanyakan tentang menu kuliner yang tentu saja berhubungan dengan daging qurban. Seperti telah diketahui, yang berqurban bisa meminta sebagian kecil dari daging tersebut untuk dimasak sendiri dan sisanya untuk dibagikan kepada yang lebih membutuhkan. Jadilah menu kuliner hari ini sate, gulai, atau tongseng kambing untuk yang berqurban kambing. Atau rendang untuk yang berqurban sapi. Kebetulan saya bukan penggemar daging kambing, sate pun tidak bisa makan banyak karena sering pusing habis makan sate. Jadilah di rumah tidak bakar-bakar sate...
Saya sendiri tahun ini, alhamdulillaah masih diberikan rezeki oleh Alloh SWT untuk disisihkan dan dibelikan hewan qurban. Tahun ini saya memilih untuk berqurban di daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Menurut informasi, ada sebagian daerah yang penduduknya jarang mengkonsumsi daging. Insya Alloh, qurban saya tahun ini bisa berguna bagi yang membutuhkan. Amiiin YRA.
Berbicara tentang qurban, tadi pagi ada status teman yang sebenarnya menggelitik untuk dikomen tapi tidak saya lakukan. Begini, kalau orang kaya berqurban itu biasa, kalau orang miskin yang berqurban itu luar biasa, tapi ada ga ya?
Saya jawab di sini : ada. Saya dapat cerita dari ustad saya, ada seorang ibu yang kehidupannya bisa dikatakan miskin. Setiap tahun selalu menerima daging qurban, sampai pada suatu hari ibu ini bertekad dia tidak ingin selalu menerima daging qurban, dia ingin juga bisa berqurban dan daging qurban darinya berguna bagi orang yang lebih miskin dari dia. Dengan tekad kuat ini, si ibu menyisihkan sebagian pendapatannya setiap hari, dimasukkan ke dalam kaleng yang tidak pernah dibuka selama berbulan-bulan. Berapapun uang yang tersisa selalu dimasukkan dalam kaleng tersebut.
Seminggu menjelang Idul Adha tahun lalu, si ibu datang ke ustad saya dan berkata,"Pak Ustad, saya mau berqurban tahun ini. Ini kaleng tabungan saya, tolong dihitung apakah cukup untuk membeli seekor kambing?". Kata pak Ustad, kaleng itu berat luar biasa, karena penasaran pak Ustad bertanya,"Ini tabungan berapa tahun bu?". Si ibu menjawab,"Saya lupa ustad, ada kali 4 taon".
Akhirnya dibukalah kaleng tersebut, isinya campuran antara uang logam dan kertas yang masing-masing nilainya tidak lebih dari Rp.5000,-. Lalu pak Ustad dan si ibu menghitung uang tersebut, dan jumlahnya cukup untuk membeli 1 ekor kambing. "Alhamdulillaah, tolong belikan saya 1 ekor kambing untuk qurban, pak Ustad. Sisanya tolong dimasukkan ke kotak infaq musholla", begitu kata si ibu. Ustad saya langsung menitikkan air mata mendengar kata-kata si ibu, perjuangannya menabung untuk berqurban benar-benar luar biasa. Meskipun sehari-hari sudah berat tapi keinginan berqurban terus bergema di hati dan pikiran si ibu, sehingga terus berusaha menabung untuk berqurban. Kami yang mendengar cerita tersebut ikut menangis, ya Alloh...kami ingin mencontoh ibu ini.
Jadi semua kembali pada keikhlasan untuk berqurban. Baik kaya atau miskin, semua kembali apakah ikhlas untuk berqurban? Wallahualam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca cerita ini.
Sila berkomentar tentang tulisan saya di sini. Saya lebih menghargai jika komentar yang diberikan sesuai dengan isi posting blog dan tidak ANONIM. Kalau ada alamat blog, cantumkan saja nanti saya main ke sana :)