Minggu, 14 November 2010

Be careful of what you said...

Ada yang aneh dengan judul tersebut? Yep, biasanya orang akan bilang "be careful of what you wish for", kalau buat saya yang berlaku adalah ya kata-kata itu. Mulut-mu adalah harimau-mu, ungkapan lain yang bisa dipakai juga.

"Miss, kenapa pilih judul itu?", kata Blackie. Ada beberapa pengalaman pribadi yang memberi pelajaran dan hikmah tersendiri bagi saya, yang diakibatkan oleh mulut yang ceriwis ini. Mulut yang belum bisa mengendalikan kata-kata sehingga menyakitkan hati orang yang mendengarkan, atau bukan hanya orang yang mendengarkan. Ingatlah, segala ucapan dan doa pasti didengar oleh-Nya dan malaikat-Nya untuk dicatat.

My worst experience with my mouth terjadi di tahun ke 2 saya bekerja. Itu pertamakalinya saya mengalami clash dengan teman kantor, yang lebih senior pulak. Sebelumnya pernah juga, dengan teman seangkatan dan baru masuk, tapi belum membuat saya merasa ditegur. Ok, dengan senior ini saya merasa tertampar akibat mulut saya. Gara-gara saya komentar tentang rambutnya yang baru dicat warna merah. Weeeeew, komentar saya ketika itu,"Mbak, kok seperti habis main layangan? Kejemur panas jadi merah deh...". Reaksinya ketika saat itu hanya,"Reseh lo!". Habis itu...saya ditegur habis-habisan lewat telepon ^^. Saya minta maaf tapi saya tidak ditegur secara langsung selama berhari-hari. After that, saya tidak mau lagi berkomentar secara langsung mengenai penampilan teman-teman. Betapapun ajaibnya penampilan mereka, saya memilih diam dan tersenyum, tidak berkomentar positif atau negatif.

Pengalaman buruk dengan mulut terjadi sekitar bulan Juli lalu. Kalau yang ini mungkin tidak bisa dibilang buruk, melainkan sebuah bentuk teguran dari yang di Atas.

Hari itu hari Sabtu siang yang panas dan kering luar biasa. Saya bertiga dengan teman kantor, hendak menjenguk seorang teman yang habis melahirkan di daerah Pondok Pinang. Teman saya miss W memakai kacamata hitam supaya tidak terlalu silau. Entah kenapa, mulut saya tidak tahan dan akhirnya berkata,"Sini dek, saya gandeng". Weeew, saya menganggapnya orang buta. Miss W hanya tertawa-tawa mendengar perkataan saya.
Setelah itu, kami naik angkot menuju rumah sakit. Di dalam angkot sudah ada seorang bapak tua yang membawa tongkat, seorang anak muda, dan kami bertiga. Kami turun di depan pool taksi, rumah sakitnya ada di seberang pool tersebut. Ternyata bapak tua itu juga turun bersama kami, karena dia sudah bilang ke supirnya mau turun di depan pool taksi.

Kami baru sadar kalau bapak tua itu ternyata seorang buta. Dia minta tolong ke kami, minta dibantu naik bis yang mau ke Rempoa. Waaaah, secara kami juga buta daerah situ, kami tidak tahu bis mana yang menuju Rempoa. Tunggu punya tunggu, bisnya tidak lewat-lewat. Bapak itu mulai naik darah,"Kok lama sih mbak?". Loh, kok jadi dia yang ngomel-ngomel. Akhirnya ada 1 bis yang lewat, kami berhentikan...eeeeh, begitu tahu yang mau naik adalah seorang buta, bisnya langsung jalan lagi. Kata si bapak,"Kok ga distop bisnya mba?". Duuuuh si bapak, marah-marah mulu siy....bisnya ga mau angkut bapak nih, kata hati saya tapi saya coba tetep sabar. Pokoknya si bapak terus meracau galak.

Akhirnya karena takut waktu besuk habis, kami sepakat berjalan sebentar ke tempat orang duduk-duduk dekat situ. Saya gandeng bapak itu, sampai bertemu poskamling dan ada anak-anak muda nongkrong. Alhamdulillaah, ada bis yang berhenti dan bapak itupun naik. Setelah itu saya berpikir keras...dan baru sadar, my God inikah bentuk pemberianmu atas kata-kataku tadi yang pura-pura menganggap miss W orang buta dan menawarkan gandengan? Saya langsung minta maaf atas kata-kata saya tersebut. Wheeeew...benar-benar pengalaman yang membuat saya tertampar.

Belajar dari dua dan banyak pengalaman, saya sekarang lebih banyak diam. Saya berusaha keras mengendalikan lisan saya. Yang namanya lisan, bila sudah keluar dalam bentuk yang salah tidak akan bisa ditarik dan direvisi. Kalau tulisan, mungkin masih bisa dicari mana yang salah dan direvisi. Saya selalu berdoa, ya Tuhan bantulah saya menjaga penglihatan, pendengaran, perkataan dan perbuatan saya dari hal-hal yang buruk. I am trying to see, hear, say, and do no evil. Temans, maafkan saya jika selama berteman ada sesuatu yang menyakitkan, dalam semua bentuk di atas.

1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca cerita ini.
Sila berkomentar tentang tulisan saya di sini. Saya lebih menghargai jika komentar yang diberikan sesuai dengan isi posting blog dan tidak ANONIM. Kalau ada alamat blog, cantumkan saja nanti saya main ke sana :)