Selamat siang temans :)
Hehehe...seharusnya saya menulis ini pas liburan Idul Fitri ya, di saat kebanyakan orang pulang kampung dan bisa berbagi cerita tentang makanan di kampung halaman masing-masing. Tapi nggak apa-apa, saya cerita karena minggu lalu saya pulang ke kampung halaman suami, yaitu Semarang. Saya sendiri berasal dari Pekalongan, sekitar 2,5 jam perjalanan dari kota Semarang tapi libur kemarin saya nggak sempat mampir.
Let's start the story...
Tiap kali pulang liburan entah lebaran atau biasa, saya selalu menyempatkan diri jajan makanan khas Pekalongan. Makanan enak sih tergantung lidah masing-masing orang, tapi kalau makanan khas daerah sendiri, selalu membuat semua orang yang merantau jauh selalu kangen ingin kembali dan merasakannya lagi. Betul nggak? Mungkin di kota perantauan ada masakan khas kampung halaman tapi pasti rasanya berbeda dengan rasa aslinya, kurang manteeep katanya :D
Jadi...makan apa di Pekalongan?
Yang tidak bisa dilewatkan sama sekali tentu saja tauto! Buat gampangnya sebut saja soto hanya pakai tambahan tauco di dalam resepnya sehingga sebutannya tauto.
Tauco adalah sejenis bumbu yang terbuat dari kedelai yang difermentasikan sehingga fisiknya menjadi berbentuk saus kental. Dimasukkan bersama kuah kaldu daging sapi/ayam, ditambah bumbu-bumbu lain (yang tentu saja rahasia masing-masing warung tauto) jadilah tauto...
Tauto dihidangkan dengan nasi atau lontong yang diiris-iris, sohun, tauge, beberapa irisan daging (bisa daging saja, bisa campur jeroan atau ayam), serta taburan bawang goreng dan irisan daun bawang +seledri.
Taraaaa, ini penampakannya ...
Duuuuh, saya jadi pengin tauto :D
Rasanya? Buat lidah saya yang terbiasa makan tauco dari kecil, tentu saja enaaaak...tapi buat yang belum terbiasa, pasti agak aneh. Tauco dalam soto? Hmmmm...tapi percaya deh, lama-lama pasti biasa kok :D
Banyak warung tauto di Pekalongan, tapi yang rasanya benar-benar mantap yaaa, hanya beberapa warung. Keluarga saya menyukai tauto yang ada di gang Klego, beberapa saudara menyukai tauto di warung pak Dul (dekat pasar batik Setono), ada juga yang menyukai warung tauto Kolari di Kedungwuni. Banyak deh, semua enak karena punya ciri khas masing-masing. Kalau Lebaran, ya ramai semua dan harus bersedia antri menunggu dilayani. Semua kangen sama tauto...:D
Yang kedua, nasi bumbu megono! Hanya keluar di jam makan pagi. Kalau di rumah simbah kadang dibuatkan bumbu ini sama bude, tapi kalau budenya nggak masak ya beli di warung-warung yang menyediakan menu makan pagi.
Bumbu megono ini dibuat dari nangka muda yang dirajang halus lalu dicampur dengan parutan kelapa yang berbumbu. Bumbunya banyak macamnya jadi nggak saya sebutin ya, kalau penasaran googling saja :D. Kalau dibuatkan sama bude, bumbu megononya pedas tapi kalau beli di warung biasanya kurang pedas. Dimakan bersama nasi panas, tempe goreng tepung yang amat sangat lebar, plus tuangan sambel kecap. Aaaaaah, luar biasa yummmeeeeh...
Tampilannya seperti apa? Kayak gini nih ..
Mantap bukaaan? Tiga atau empat hari di kampung, tiap pagi sarapan ini nggak bosen deh...jarang-jarang siiih :D
Yang ketiga, pindang tetel! Kalau makanan ini, mungkin cuma bisa ditemukan di kecamatan Kedungwuni dan sekitarnya. Kalau sudah ke arah kota Pekalongan akan susah menemui makanan ini. Pindang tetel ini hampir mirip dengan rawon, bumbunya menggunakan kluwek, tapi isinya bukan daging. Ada dagingnya tapi kayaknya lebih banyak jeroan (tetelan)nya deh, makanya disebut pindang tetel. Berhubung isinya jeroan, saya jarang banget makan ini. Cukup sekali saja, lemaknya nggak bagus buat kesehatan. Disantap dengan sambel pedas gula merah dan remukan krupuk usek (kerupuk yang digoreng pakai pasir).
Nikmaaaaat, kalau lupa diri bisa-bisa kadar kolesterol melunjak tinggi...
Kayak apa pindang tetel itu? Nih dianya ..
Pindang tetel bisa disantap begitu saja, bisa ditemani nasi atau jadi kuah penyiram makanan berikutnya yaitu kluban...:D
Yang keempat, kluban! Ini bahasa keren Kedungwuni untuk urap :D
Isinya rebusan sayuran kacang panjang, kubis, tauge, bayam, dan lobak, dicampur jadi satu dengan parutan kelapa dan bumbu urap. Bumbu urapnya terdiri dari cabai merah, garam, terasi dan kencur. Disajikan dalam pincuk bersama bothok, sayur lodeh encer berisi parutan kelapa agak tua dan irisan timun plus tempe bongkrek dan tahu. Atau ya dengan pindang tetel di atas :D
Jadi diguyur gitu klubannya... Mantep kan? Hehehehe...*sesenggukan kangen makanan ini*
Penampilan kluban seperti ini temans :)
Biasanya kluban ini jadi favorit orang-orang yang udah bosen sama makanan Lebaran yaitu opor dan teman-temannya. Pengen yang seger-seger gitu, makan sayuran...biar pencernaan lancar.
Yang terakhir yang tidak bisa dilewatkan adalah, es dawet Podo! Eheeee, saya nggak nemu fotonya jadi sila dibayangkan saja. Tampilannya mirip dengan es dawet atau cendol pada umumnya, hanya di es dawet Podo ini ada tambahan ketannya. Dawetnya tidak berwarna hijau suji melainkan putih biasa. Yang terkenal adalah es dawet mbak Ndari, di jalan raya Podo Kedungwuni. Segaaaar, karena tidak terlalu manis dan santannya tidak terlalu kental.
Itu makanan yang tidak bisa saya lewatkan kalau saya pulang ke desa orangtua saya di Pekajangan, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Posting selanjutnya adalah kalau saya pulang ke kampung suami di Semarang ya. Ada beberapa makanan yang baru saya kenal tapi rasanya tidak boleh saya lewatkan tiap kali saya ke sana.
Apa makanan khas di daerah kamu? Bagi-bagi ceritanya ya...;)
Thank you for reading :)
pekajangane mana mba???aq juga pekajangan lho
BalasHapus